INDONESIA

Tulisan Berjalan

Selamat Datang di Blog Ibni Abrar

Monday 21 November 2011

Alhamdulillah Yah!!!!!!

expr:id='"post-body-" + data:post.id'>
Oleh Dinar Zul Akbar Coba deh, apa yang bakal kita bayangkan ketika mendengar ungkapan seperti judul diatas??. Mungkin sebagian besar diantara kita akan berpikir “ala Syahrini, Syahrini lewat, atau semacamnya-lah”. Bahkan ungkapan “Alhamdulillah Ya” dari pelantun tembang “Aku Tak Biasa Ini” sempat menjadi trending topic di jagad maya. Makanya tak heran kalau sekarang banyak kita dengar atau mungkin lihat orang-orang di alam nyata ataupun alam virtual yang mengucapkan “Alhamdulillah Yaa” lagi dan lagi. Tentu kita tidak akan membahas Syahrini dan kehidupan selebnya. Tidak pula tentang lagu-lagunya, dan hubungan asmaranya. Dan tentu dan tidak akan pernah juga kita membahas foto-foto hebohnya. Tidak!! Katakan Tidak Pada Gossip. Yang akan kita bahas disini adalah “Alhamdulillah Yaa”-nya. Mungkin dulu sebelum “tren” ini dikeluarkan oleh Syahrini. Tidak sedikit pula diantara kita yang jarang atau mungkin sedikit atau juga sangat sedikit sekali dalam berucap Alhamdulillah. Terkadang kita harus “dipaksa” oleh Allah untuk bersyukur mengucap Alhamdulillah. Misal ditengah kita sedang asik menonton bola duel El Classico Barcelona vs Real Madrid. Tiba-tiba lampu mendadak mati dan “dus” keadaan berubah gelap gulita. Panik, cemas, deg-degan tentu mewarnai perasaan kita saat itu. Dan keajaiban pun tiba lampu kembali menyala, dan TV yang tadinya mati pun mulai mengeluarkan gambarnya. Dan seketika itu pula kita langsung menyebut “Alhamdulillah”. Hal ini mirip yang dikatakan oleh Syaikh Ibnu Athoillah “Kadang kegelapan mendatangimu, karena Allah hendak menyadarkanmu atas besar nikmatnya yang telah Dia berikan kepadamu”. Ya, kita baru sadar akan nikmat listrik, TV, dan lain-lainnya ketika dalam kondisi mati lampu. Apalagi ketika datang makhluk yang bernama jejaring sosial entah itu Facebook, Twitter, dan sebangsanya. Tidak sedikit, sekali lagi digaris bawahi ya tidak sedikit fenomena mengeluh dan mengeluh dengan jargon utamanya “GALAU”. Walaupun saya juga tidak mengerti makana galau itu apa. Coba kita tambahkan imbuhan me-kan menjadi menggalaukan. Wah sangat sangat tidak enak sekali untuk diucapkan. Sekarang Alhamdulillah (tanpa Yaa) term “Galau” sudah ada lawan yakni “Alhamdulillah Yaa” yang tidak bisa kita pungkiri ada peran Syahrini disana. Bersyukur dengan mengucap Alhamdulillah walaupun sederhana, mudah, gampang, encer untuk diamalkan pada kenyataannya sulit untuk direalisasikan. Padahal sebetulnya banyak sekali fadhilah atau keutamaan dalam mengamalkannya tersebut. Allah SWT menyuruh untuk ber-Alhamdulillah dalam firmanNya di surat An Naml 93 “Dan katakanlah segala puji hanya bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepada mu tanda-tanda kebesaranNya maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap yang kamu kerjakan”. Segala pujian hanya untuk dan milik Allah, bukan untuk suami, istri, pacar, ataupun tetangga kita. Di ayat yang lain “Dan bersyukurlah kepada Allah jika memang hanya dia saja yang kamu sembah (Al-Baqarah 172)”. Juga dapat kita temukan dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman “Oleh karena itu, pegang teguhlah Syari'at yang Aku berikan kepadamu, dan hendaklah engkau menjadi orang yang bersyukur. (Al-A'raf 144)”. Dan memang seharusnya karakter seorang mukmin adalah ketika diberi musibah bersabar, dan saat mendapat nikmat maka ia bersyukur. Bahkan dalam surat Ibrohim 7 yang sudah kita hafal diluar kepala Allah SWT mengancam kepada orang-orang yang ingkar dengan adzabNya dan kebalikannya akan menambah kebaikan kepada orang-orang yang bersyukur. Rasulullah SAW pun berqiyamul lail sampai-sampai kakinya bengkak dikarenakan ingin menjadi hamba yang bersyukur. Ya, lagi-lagi jauuuuuuh dibandingkan kita yang masih lebih banyak mengeluh ketimbang bersyukur atas nikmat Allah. Yang juga masih beribadah hanya karena ingin menuntaskan kewajiban, atau mungkin sebatas takut neraka dan mengharap surga. Karena memang sudah janji Iblis yang akan menyesatkan manusia sebanyak-banyaknya manusia dalam jurang kekufuran (Baca Al A’rof 17) Dalam sholat pun kita diajarkan untuk senantiasa bersyukur. Kita diwajibkan membaca Al fatihah yang didalamnya terdapat kalimat Alhamdulillah. Tapi apa daya Al Fatihah yang keluar dari mulut kita hanya sekedar bunyi yang tidak kita sadari dan mendalami hakikat maknanya. Rasulullah SAW juga pernah bersabda diriwayatkan Imam Muslim “. . . . . sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah . . . . .” Juga dalam buku Fiqh Sholat Empat Madzhab diterangkan oleh Hadits Nabi SAW dari Abu Hurairoh “Barang siapa bertasbih selesai sholat 33x, takbir 33x, tahmid 33x. Maka semua berjumlah 99 kemudian disempurnakan menjadi 100 dengan mengucap La ilaaha illaLlahu wahdahu la syarikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syay’in qodir, maka diampuni dosanya meskipun sebanyak buih dilautan (HR Bukhori, Muslim, dan Abu Dawud) Masih dibuku yang sama dari Ka’ab ibn ‘Ujrah bahwa Rasulullah SAW bersabda “Berbagai siksa tidak akan mengenai orang yang mengucap atau melakukan setiap selesai sholat fardhu : tasbih 3x, tahmid 33x, dan takbir 33x (HR Muslim). Dan salah satu adab dalam berdoa jika ingin dikabulkan oleh Allah adalah dimulainya dengan membaca Alhamdulillah sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda “Jika salah seorang di antara kalian berdoa maka hendaknya dia memulainya dengan memuji dan menyanjung Allah, kemudian dia bershalawat kepada Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, kemudian setelah itu baru dia berdoa sesukanya.” (HR. Abu Daud)”. Dan diakhiri pula dengan membaca hamdalah “Dan penutup doa mereka ialah Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin (QS Yunus 10). Sedikit telah kita tahu mengenai Alhamdulillah. Sekarang kembali ke diri kita masing-masing apakah akan menjadi pribadi yang bersyukur atau malah sebaliknya menjadi makhluk yang kufur. Sebagaimana yang diterangkan Allah SWT “ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya dengan beban perintah dan larangan. Karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat. Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus: Ada yang bersyukur, namun ada pula yang kufur. (Al-Insan: 2-3)” "Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku bagaimana mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu-bapakku. Jadikanlah amal perbuatanku sesuai dengan keridhaanMu dan berikanlah kebaikan kepadaku berkelanjutan sampai kepada anak-cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadaMu, dan aku adalah orang yang berserah diri. (Al-Ahkaf: 15). Ah, rasa-rasanya saya iri sama Syahrini yang sedikit banyak telah membumikan kalimat “Alhamdulillah Yaa”. Bukankah ketika kita mencontohkan suatu kebaikan lantas ada orang yang mengikuti kita juga akan mendapat pahala??. Subhanallah, rasa-rasanya tidak sedikit orang yang mulai familiar dengan Alhamdulillah atas peran Syahrini. Mudah-mudahan hal tersebut menjadi ladang kebaikan dan sebab Allah turunkan hidayah kepadanya.” Alhamdulillah Yaa ....” Dan bagi kita yang selama ini hanya melafalkan tanpa mengetahui akan makna dan keutamaan Alhamdulillah. Mulai sekarang, mari sama-sama kita ucapkan hal itu dengan niat ibadah bukan hanya sekedar candaan belaka. Sebagai perwujudan rasa syukur kita terhadap nikmat Allah SWT. “Alhamdulillah Yaa ....” "Seandainya kalian menghitung nikmat Allah, tentu kalian tidak akan mampu" (An-Nahl: 18). “Akhirnya selesai juga ,, Alhamdulillah Yaa ..” Wa Allahu A’lam mukminsehat.multiply.com dinarzulakbar_mail@yahoo.com

0 comments:

Post a Comment