INDONESIA

Tulisan Berjalan

Selamat Datang di Blog Ibni Abrar

Tuesday 8 February 2011

Tentang Sahabat

Aku bangga dapati dirimu seadanya..
kupikir, pantaslah dirimu kutemani
aku bahagia, sungguh ingin terurai kata...
KAULAH SAHABATKU....

bila hari-harimu berselimutkan duka
kudoakan Damai bagimu
bila hari-harimu tertimpa bahaya
kudoakan KASIH bagimu

bila hari-harimu berlarut ceria
kudoakan BAHAGIA bersamamu

selama matahari masih terbit dan tenggelam
selama bulan dan bintang dilangit masih bercahaya
selama panas dan hujan masih silih berganti
AKULAH SAHABATMU

bersama kita merangkai KARSA
bersama kita menyusun CERITA
bersama kita satukan ASA
berjalan terus bersama CINTA

bila mungkin adanya, kita kan bersama
selalu dan selamanya
dalam doa dan pinta......
BAHAGIA....

Akhirnya............................

Saya mengucapkan terima kasih banyak buat atasan ,rekan - rekan ataupun karyawan semuanya , yang tidak bisa saya sebut kan satu persatu . Saya minta mohon maaf sebesar2nya jika ada kesalahan baik disengaja ataupun tidak . Saya akan menjaga tali persaudaraan yang sudah kita jalin selama ini bisa tetap di pertahankan .

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Benua Atlantis Yang Hilang Itu...INDONESIA!

Oleh : Aulia Agus Iswar


Pren, pada pernah denger cerita ttg Atlantis khan? Itu tuh, yang katanya negeri besar yang sangat megah dan jaya. Jadul (jaman dulu) Atlantis itu menjadi pusat peradaban dunia, tepatnya puluhan ribu tahun yang lalu. Walaah, kita masih di alam arwah, belum lahir ya, kepikiran aja belum kali. Kata Plato (427 - 347 SM) puluhan ribu tahun yang lalu itu gunung berapi meletus bareng-bareng, menimbulkan gempa, es mencair, dan banjir gede. Akibatnya nih, sebagian permukaan bumi tenggelam alias hilang. Nah, salah satu yang hilang itu adalah Negeri, lebih tepatnya, Benua Atlantis. Yap, mangkanye nih kita sering denger "Atlantis yang Hilang".

Tapi tau ga, Pren? Sekarang Benua Atlantis itu dah ketemu, maksudnya dah diketemuin. Mana? Koq ga keliatan? Ya Allah, segede gini ga keliatan? Nih, simak hasil penelitian Aryso Santos (2005). Menurut dia Benua Atlantis itu ternyata adalah bumi yang sekarang kita injak-injak, ih..kasar banget sich, maksudnya bumi yang kita menginjakkan kaki di atasnya ini. Ah, yang bener nih? Gimana caranya coba? Jadi Mas Santos ini ngebandingin 33 hal (termasuk luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani) antara kondisi fisik Benua Atlantis sama kondisi fisik Indonesia sekarang. Ternyata sama tuh. Luas wilayah Atlantis jadul terbentang dari Selatan India, terus Sabang sampe Merauke (kayak lagu aja..). Ribuan pulau di Indonesia sekarang, jadul-nya menyatu. Mungkin karena penghuninya telah lupa padaNya, bergelimang dosa dan berhura-hura, azab Allah pun turun. Dan terjadilah bencana besar itu, gunung berapi meletus bareng-bareng. Dahsyat, Maan! Sebagian daratan tenggelam dan jadi lautan. Sebagiannya lagi bakal jadi pulau-pulau kayak sekarang.

Nah, Pren. Coba renungin nih! Indonesia katanya sarang koruptor, sarang teroris, tukang bikin dosa (di mana mangkalnya ya?), terbelakang, utangnya bejibun, makannya banyak, males, ngantukan, telatan, tukang nyontek; waduh! Bener ga sich? Emang bener sich, tapi moga-moga yang ngebaca nih tulisan ga kayak gitu yak. Itu kondisi sekarang. Tapi jadul Indonesia, yang kata Mas Santos tadi adalah Atlantis, pernah menjadi pusat peradaban dunia, Cing! Berarti nih Indonesia jadul dihuni oleh orang-orang yang hebat dan maju. So, para sesepuh kita keren-keren donk?

Jadi sekarang gimana, Pren? Bangga donk kita kalo gitu. Tapi apa cukup bangga doank? Nggak khan? So, kita kudu berubah (saatnya berubah!). Kita kudu semangat, disiplin, kerja keras, belajar yang banyak, ta'at beribadah, jauhi perbuatan dosa. Intinya kita harus menjadi mu'min yang sejati gituu.. Spiritnya donk spiriiittt! Biar kejayaan Atlantis terulang kembali di Indonesia ini. Dan yang lebih penting lagi, karena jumlah muslim terbesar dunia ada di sini, peradaban muslim Indonesia bakalan maju dan jaya.

OK, Pren. Jadul aja bisa, kenapa sekarang enggak!? Tul khan? (a2i)

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Duka Telah Memagut Cinta

Duka memang membuat resah jiwa
Gamang, mengisi hari-harinya
Tapak kaki pun menjadi goyah bahkan tak sanggup lagi melangkah
Namun...
Adakah gundah gulana akan mengembalikan semua kenangan indah?

Raut wajahnya kuyu dan kusam. Mata sembab menyisakan isak tangisan. Kepedihan masih terasa menyayat dan menggurat, menghela tumpukan gundah di dada yang semakin membuncah.

Perlahan rapuh meranggas jiwanya hingga raga lelah dan kalah. Pupus segala harap, melukai indahnya impian masa depan. Perih ditatapnya setiap sudut rumah, apa yang tampak seperti ingin bercerita. Hati kecilnya ingin berontak, namun kenyataan tak dapat diingkari dengan mudah. Tak kuasa jiwa menahannya, tumpah, dalam derai air mata.

Dalam sesegukan yang memilukan, terbentang serpihan siluet kenangan.

Sederhana...
Hanya sepatah kata yang dapat menggambarkan sosok dirinya. Lelaki itu memang biasa saja. Namun, setiap sentuhan dan ucapannya selalu bermakna cinta yang teramat dalam. Ia pun tak pernah ragu menantang kerasnya kehidupan. Bau keringatnya setelah seharian mencari nafkah, selalu menebarkan aroma kerinduan.

Lelaki itu sungguh biasa saja. Ia hadir saat hati ini telah terlalu lelah berharap, lalu berikrar untuk selalu bersama dalam sebuah ikatan cinta. Tak ada yang dijanjikannya, kecuali hasrat menyulam pinta keridhoan Sang Pencipta. Waktu pun bergulir indah, bersama mengecap manisnya mahligai cinta.

Hari-hari yang telah berlalu menjadi begitu penuh warna. Ceria selalu mengisi rongga dada. Resah yang terkadang singgah, terhapus oleh kebesaran jiwa. Duhai Pemilik Cinta, betapa sujud panjang dan tetesan air mata kesyukuran, seakan tak ada artinya dengan apa yang telah Engkau berikan.

Hingga...
Badai menerpa. Laut bagaikan bergolak, langit pecah dan bumi merekah. Pengabdian tanpa kenal lelah demi keluarga tercinta berbuah derita. Sakit pun menyiksa hari-hari yang panjang lalu menidurkan untuk selama-lamanya. Duka telah memagut mati cinta, "Wahai jiwa yang tenang, keluarlah sekarang dengan ampunan dan kerelaan-Nya."

Kini belahan jiwa yang dikasihi terbujur kaku, berselimut putih. Hanya tetesan air mata kepiluan yang terdengar memecahkan sunyi. Tak ada lagi tawa canda, untaian nasehat atau pun lantunan syahdu ayat suci al-Qur'an saat dirinya masih berada di sisi. Semuanya hanyalah kenangan yang menebarkan repihan duka, hingga membentuk anak-anak sungai di pelupuk mata.

Yaa Robbi..
Sanggupkah diri ini menghadapi sisa hidup tanpa kekasih hati?

Kehilangan pasangan jiwa telah membuat terpuruk jiwa dan raganya. Tegar yang dulu bersemayam, luruh dalam kepiluan dan kekhawatiran. Jiwa pun tak mampu menahan ketidakberdayaan. Duka yang disengat kematian memporak-porandakan cinta dan hasrat hidup bahagia selama-lamanya. Gamang, seakan tak ada lagi tempat berpijak untuk masa depan.

Namun...
Andaikan aqad nikah adalah awal dari sebuah cerita indah dalam kehidupan dua anak manusia, maka perpisahan dengan pasangan jiwa bukanlah akhir dari segalanya. Memang, pasti ada yang hilang. Namun, masih ada pula banyak tinta pena untuk menulis kisah selanjutnya. Kisah-kisah yang tak kalah indah seperti kisah regukan cinta di malam pertama.

Sungguh tak ringan untuk memahami kenyataan bahwa duka telah memagut cinta, namun roda kehidupan tak pernah berhenti berputar. Gundah dan keluh kesah yang tak habis-habisnya pun tak akan mengembalikan dirinya ke dunia fana. Bukankah yang terbaik adalah menata hati, jiwa dan raga demi masa depan?

Pasti tak mudah untuk membuka mata dan menatap bentangan jalan di muka. Hidup memang selalu mengukir kenangan, namun seharusnya hidup juga punya berjuta harapan.

Semoga.

-Dikutip kembali dengan sedikit perubahan dari buku Sapa Cinta dari Negeri Sakura, 2005-

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Remaja di Persimpangan Jalan

Adi Supriadi


Para remaja muda-mudi kita adalah warisan kita bagi masa depan. Mereka adalah aset yang berharga agar agama Islam tetap dihayati dan dipraktikkan oleh masyarakat Islam di masa yang akan datang. Mereka adalah harapan masyarakat dan negara. Maka adalah penting bagi kita memastikan agar mereka bersedia untuk membawa panji perjuangan kita di masa yang akan datang. Mereka mesti menjadi orang-orang yang bisa diharapkan, bukan saja untuk membina masyarakat dan negara yang maju, tetapi yang lebih penting adalah agar Islam akan terus menjadi panduan masyarakat.

Alhamdulillaah, sekarang sudah banyak contoh-contoh yang baik yang bisa kita ambil sebagai teladan. Kita mempunyai golongan muda-mudi Islam yang bisa menjadi kebanggaan dan harapan masyarakat. Dan sekarang kita melihat semakin ramai anak muda kita yang mempunyai kesadaran dan penghayatan terhadap agama Islam. Mereka ingin mempraktikkan Agama Islam dalam semua aspek kehidupan mereka. Ini harus dibanggakan dan disebarluaskan agar lebih semarak remaja dan golongan muda menjadikan Islam sebagai kehidupan mereka.

Akan tetapi masih banyak di kalangan remaja kita yang terbawa budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai murni Islam. Sebagai contoh, setiap tahun lebih dari 100 pasangan Islam mendaftarkan diri untuk menikah dengan calon istri yang sudah hamil. Sebagian besar di antara mereka akan melahirkan anak diluar nikah sementara sebagian kecil menggugurkan kandungan mereka. Adakah ini yang kita inginkan dalam masyarakat Islam kita? Adakah ini yang dikatakan sebagai khairul ummah atau sebaik-baik umat?

Semakin banyak remaja kita yang tanpa segan dan malu membuka aurat mereka. Malah ada yang lebih berani lagi. Mereka berdua-duaan dan berkelakuan tidak senonoh di tempat umum. Ini bertentangan dengan ajaran Islam. Pertanyaannya, mengapa mereka melakukan hal yang demikian?

Banyak faktor yang berperan. Tetapi yang paling terlihat adalah faktor pendoktrinan terhadap budaya-budaya asing (Ghazwul Fikr). Kalau zaman dahulu ada televisi. Sekarang ini kita menghadapi pula teknologi internet dan televisi kabel yang mana segala bentuk informasi dapat diraih hanya dengan menekan tombol remote saja.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa internet dan televisi kabel membawa kebaikan. Dengannya kita lebih tahu perkembangan dunia dan ilmu-ilmu sains terkini. Masyarakat kita tidak lagi seperti katak di bawah tempurung. Berbagai manfaat yang dapat kita peroleh.

Akan tetapi internet dan televisi kabel juga membawa unsur-unsur yang bertentangan dengan nilai Islam. Dan jika kita tidak dibentengi dan diperkuat dengan agama, maka kita juga bisa terpedaya dengan unsur-unsur negatif tersebut. Setiap kali kita menonton film barat, akan dipaparkan adegan-adegan yang tidak sesuai dengan Islam. Setiap kali kita menonton televisi kita akan mendengar perkataan-perkataan jorok. Setiap kali kita menonton televisi kita akan disajikan dengan gaya hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Bayangkanlah! Seorang remaja yang masih memerlukan bimbingan dalam kehidupan mereka, disajikan setiap hari dengan budya hidup yang bertentangan dengan Islam, tidakkah ia akan mudah terpengaruh?

Di internet pula, halaman porno dengan mudah dilihat. Kalau ini menjadi menu harian kepada anak-anak Islam kita semasa mereka sedang ABG, maka tidak heran akhirnya nilai-nilai Islam menjadi asing bagi mereka. Dalam kondisi semacam ini, siapakah yang harus disalahkan?

Setiap orang tua bertanggung-jawab mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai Islam. Anak-anak adalah amanah Allah. Dan Allah akan minta pertanggungjawaban kita di akhirat kelak mengenai pendidikan terhadap anak-anak kita tersebut. Berapa banyak orang tua yang akan diseret ke neraka atas perbuatan anak-anak mereka?!

Kita tidak boleh menyalahkan televisi kabel atau internet atas keruntuhan akhlak para remaja dan pemuda zaman sekarang ini. Sebaliknya kita perlu merenung kembali. Adakah kita sudah memainkan peranan yang secukupnya sebagai seorang Ayah atau ibu dan atau sebagai seorang abang atau kakak? Adakah kita sudah memainkan peranan dalam mendidik dan menanamkan keimanan dalam jiwa anak-anak muslim kita sehingga mereka tidak mudah terperdaya? Sudahkan anak-anak kita diberi pengajaran Islam yang secukupnya untuk mereka menghadapi dunia sekarang yang penuh godaan ini.

Anak-anak semula memandang orang tua mereka sebagai panduan hidup mereka. Sekiranya orang tua tidak memberikan contoh yang baik, sekiranya orang tua sendiri terpengaruh dengan unsur-unsur negatif Barat, maka tidak heranlah jika anak-anak mereka juga berkelakukan demikian. Seperti kata pepatah : Ayah Kencing Berdiri, anak Kencing berlari.

Akan tetapi kalau orang tua menunjukkan contoh yang baik terhadap anak-anak mereka, menjadikan keluarga mereka sebagai keluarga Islami, yang menerapkan nilai-nilai Islam dalam keluarga mereka, maka percayalah, anak-anak mereka juga akan menjadikan Islam sebagai panduan kehidupan mereka.

Melalui tulisan kali ini, saya ingin menyeru kepada para remaja dan pemuda kita, agar menyadari bahwa mereka adalah harapan keluarga dan negara. Jika mereka menjalankan tanggung-jawab sebagai Pemuda Islam yang dinamis, maka masyarakat kita dan negara akan menjadi lebih maju lagi. Akan tetapi jika mereka lebih mementingkan keseronokan dan hiburan sehingga lalai dari tanggung-jawab, maka masyarakat dan negara kita akan menjadi lemah.

Sebagai remaja Muslim, kita mempunyai empat tanggung-jawab :

Pertama : Kita WAJIB sadar bahwa waktu remaja bukanlah untuk berhura-hura, tetapi waktu tersebut WAJIB diisi dengan mencari ilmu pengetahuan dan menghayati Agama Islam. Jadikan waktu tersebut sebagai persiapan untuk menghadapi masa depan apabila kita semakin tua kelak.

Kedua : Kita tidak mudah terperdaya dengan unsur-unsur negatif. Ambillah budaya yang baik dari siapapun dalam mencari dan meningkatkan ilmu. Tetapi kekalkan akhlak dan cara kehidupan orang Islam. Kita akan menjadi orang yang paling disegani dan dihormati kelak. Kita akan Mulia di dunia dan di akhirat, insya Allah.

Ketiga : Sebagai remaja, janganlah kita menghabiskan masa berkhayal dengan perasaan cinta dan mencari pasangan. Hal itu tidak membawa banyak hasil. Malah waktu kita yang berharga yang sepatutnya dihabiskan dengan mencari ilmu atau berbakti kepada masyarakat.

Keempat : Hormatilah Orang Tua kita, walaupun pada pandangan kita mereka tidak memahami jiwa dan perasaan kita. Sesungguhnya, Orang tua kita adalah pintu syurga. Sekiranya kita tidak sependapat dengan mereka maka katakanlah dengan nada yang lembut dan sopan, bukan dengan membentak dan menunjukkan marah.

Firman Allah SWT dalam surah Al-Isra', ayat 23 yang artinya, "Dan Tuhanmu telah menentukan agar kamu jangan menyembah melainkan Allah dan hendaklah kamu berbuat baik dengan mereka. Jika salah seorang dari mereka atau kedua-dua mereka telah berusia tua, maka janganlah berkata kasar kepada mereka, akan tetapi ucapkan kepada mereka dengan ucapan yang baik dan lembut."

Penulis adalah Putra Kelahiran Ketapang Kalimantan Barat,
Alumni S1 Fakultas Dakwah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Haudl Ketapang,Kalimantan Barat

Aktivitas saat ini :
Mahasiswa S2 Manajemen Pemasaran Universitas Winaya Mukti Bandung, Jawa Barat.
Asisten Manager Human Resources Management PT Rabbani Asysa Garment Bandung, Jawa Barat.
Direktur Eksekutif Gerakan Pekerja Raih Sejahtera (GPRS) Bandung Jawa Barat
Ketua Umum Forum Majlis Ta'lim Pekerja (FORMATAP) Bandung Jawa Barat
Sekretaris Divisi Tani Tenaga Kerja & Buruh (TTKB) DPD PK Sejahtera Kota Bandung, Jawa Barat
Penulis di Media Online dan Penceramah diberbagai talkshow dan majlis Ta'lim Pekerja/Buruh di Kota Bandung, Jawa Barat

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Saat Diri Harus Beranjak Pergi

Oleh : Ferry


Hingar bingar berganti sunyi senyap
Perlahan...
Jiwa terbang ke angkasa, menembus segala sekat
Gelap atau terang, sempit maupun lapang adalah sebuah keniscayaan
Buah dari segala perbuatan yang engkau lakukan


Jiwa meregang...
Tubuh pun bergetar hebat, berbaur jeritan ketakutan atau linangan air mata bahagia karena ingin bertemu Rabb-nya.
Ditarik, dan dicerabut dari setiap urat nadi, syaraf dan akar rambut. Ini sebuah titah, ia harus kembali kepada pemilik-Nya. Allahu Akbar, janjiMu telah tiba.

Yaa Robbi, alangkah perih dan pedih.
Sakit laksana tiga ratus tusukan pedang, atau ringan bagaikan sebuah pengait saat dimasukkan dan ditarik dari gumpalan bulu yang basah. Duhai jiwa, seandainya engkau tahu bahwa sakaratul maut itu lebih ngeri dan dahsyat dari semua sketsa yang ada.

Sayup terdengar lantunan ayat suci al-Qur'an, dan sesegukan air mata yang tumpah. Lalu, hening berbalut sepi. Semakin hening, bening, menggantikan hingar bingar dunia di kala pagi yang penat dan siang yang meranggas. Diam pun menyisakan kepiluan, kesedihan atau berjuta kenangan. Dia telah pergi, dan tak akan pernah kembali.

Yaa Allah...
Inikah kepastian yang telah Engkau tetapkan?

Di mana tumpukan harta yang telah terkumpul sekian lama? Pelayan yang setia, rumah mewah, kendaraan, kebun rindang dan subur, pakaian yang indah, dan orang-orang tercinta, dimanakah kini kalian berada? Semua telah direnggut kematian, dicampakkan dan dihempaskannya kenikmatan dunia yang dahulu terlalu dielu-elukan. Adakah segala amanah dapat menuai pahala, duhai Allah.

Kegelapan pun menyeruak, hitam pekat laksana jelaga. Sungguh mengerikan sebagian jiwa yang akan berteman dengan amalan jahat hingga tibanya hari kiamat. Mencekam, berbaur jeritan keras memekakkan telinga, "Jangan Kau datangkan kiamat yaa Allah, sungguh aku disini sudah sangat tersiksa!!!" saat diperlihatkan tempatnya di neraka.

Bagi sebagian lainnya, alam kubur justru membuat bahagia. Berteman amal sholeh yang diibaratkan sebagai manusia dengan paras sangat menyenangkan. Lalu ia pun menjerit, menangis bahagia saat ditunjukkan tempatnya di surga, "Datangkan hari kiamat sekarang yaa Allah, aku ingin segera ke sana!!!"

Kematian...
Erat menyiratkan takut dan pilu serta lantunan senandung duka. Menciptakan nada-nada pedih dan gamang yang kadang menghujam iman, hingga hati pun bertanya, mengapa selalu ada perpisahan? Rasa itu menghantam dan menikam pada keluarga yang ditinggalkan.

Namun kematian adalah suatu keniscayaan, karena ia telah dijanjikan. Kematian pun hakikatnya adalah sahabat akrab bagi setiap yang bernyawa. Sayang, kesadaran itu begitu menghentak saat orang-orang yang kita cintalah yang direnggutnya. Ketika itu auranya begitu dekat, serasa setiap helaan nafas beraroma kematian.

Duhai jiwa...
Sadarkah engkau bahwa kelak kuburan adalah tempat peristirahatan? Sudahkah engkau siapkan malam pertama di sana, seperti kau sibukkan diri menjelang malam pertama pernikahan? Tidakkah engkau tahu bahwa ia adalah malam yang sangat mengerikan. Malam yang membuat orang-orang sholeh menangis saat memikirkannya.

Kau gerakkan lidah ini untuk membaca al Qur'an, tetapi tingkah lakumu tak pernah kau selaraskan. Kau kenal setan, tapi mereka kau jadikan teman. Kau ucapkan bahwa RasuluLlah SallaLlaahu Alayhi Wasallam adalah kecintaan, namun sunnah-Nya kau tinggalkan. Kau katakan ingin masuk surga, tapi tak pernah berhenti berbuat dosa. Tak henti-hentinya kau sibukkan dirimu dengan kesalahan saudaramu sendiri, padahal engkau pun bukan manusia suci. Saat kau kebumikan sahabat-sahabat yang telah mendahului, mengapa kau mengira dirimu tak akan pernah mati?

AstaghfiruLlah al 'adzim...

Duhai Allah...
Engkau yang Maha Mendengar
Dengarkan munajat ini yaa Robbi, berilah kesempatan untuk selalu memperbaiki diri
Jadikan diri ini bersih, hingga saat menghadapMu nanti

Allaahumma hawwin 'alainaa fii sakaraatil maut
Allaahumma hawwin 'alainaa fii sakaraatil maut
Allaahumma hawwin 'alainaa fii sakaraatil maut

Ringankan kematianku yaa Allah, mudahkanlah duhai Pemilik Jiwa
Jadikan hati ini ikhlas saat malaikat maut menyapa
Hingga kematian menjadi sangat indah, kematian yang khusnul khaatimah

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Bila Airmata Tak Pupus Jua

Duri tajam itu memang menyakitkan
Karenanya sedu sedan seakan tak tertahankan
Namun...
Hidup ini pun tak pernah berhenti pada satu titik singgah
Lalu mengapa tak engkau hamparkan saja sajadah dan ratakan kening di atasnya?
Mohonkan ampun dalam hamburan do'a kepada Sang Pemilik Cinta


Nanar...
Pandangannya menerawang dari balik jendela kaca. Di luar sana, sang dewi malam masih bersinar temaram kekuningan. Tak henti memamerkan kecantikan pada setiap makhluk yang tersentuh cahayanya. Saat itu, dengan tangan gemetar dielusnya perut yang tampak semakin membesar.

Tak seindah rembulan, raut wajahnya kuyu dan kusam. Mata pun sembab karena ruah tangisan. Kepedihan itu masih saja menggurat, membuat tumpukan gundah dan keluh kesah yang semakin membuncah.

Kekecewaan jelas menyelubungi jiwa dan raganya. Kenangan itu memang sangat menyakitkan, karena telah direnggutnya sebuah nilai kesucian. Hati kecilnya berteriak, ingin berontak. Namun, kenyataan tak mungkin begitu mudah terhapuskan. Lelaki yang diharapkan mestinya bagaikan Pangeran, ternyata hanyalah seorang durjana. Memetik sari bunga, kemudian terbang entah kemana.

Berjuta impian tentang sebuah keluarga perlahan sirna. Mimpi akan kerinduan rumah mungil yang penuh canda tawa, hanya sekedar khayalan. Hasrat untuk mengukir jiwa-jiwa suci dan murni seakan tenggelam karena tiadanya pendamping seorang qawwam. Hari-hari lalu berganti dengan derai tangisan. Memilukan, sehingga menciptakan serpihan hati yang berserakan di mana-mana.

Perlahan, dilangkahkan kakinya ke pembaringan. Mencoba sejenak melepaskan lelah jiwa dan raga. Dipejamkannya mata, namun air bening tak mudah dibendungnya. Air mata itu mengalir, bahkan membasahi sarung bantal dan kapuk di dalamnya. Tubuhnya lemah, lunglai tiada daya. Di kesenyapan malam isaknya masih terdengar memilukan, menyiratkan penyesalan akan nasibnya yang telah ditoreh nista.

Esok menjelang, dan dengan rasa letih ia terjaga saat sinar mentari menerpa raut wajahnya. Jiwa yang rapuh itu seakan enggan menggerakkan raga. Tak berubah, tatapan matanya lantas kosong menerawang. Tak pula fitrah sebagai wanita menyapa kesadarannya akan detak kecil kehidupan di alam rahimnya. Perih itu masih ada. Luka pun masih menganga. Tanpa kuasa menahan segalanya, kembali air bening menerobos kelopak mata.

Duhai...
Apalah daya dirinya, jika kala itu setan telah pula mengambil peran. Sepercik darah yang mestinya tersaji setelah ikatan suci disimpulkan, tak akan pernah lagi dihidangkan. Belaian mesra yang diharapkan saat mereguk cinta di malam pertama pun hanyalah sekedar khayalan.

Aaah...
Indah harapan terkadang sangatlah berbeda dengan kenyataan. Namun, bila impian itu selalu saja dipenjara dalam jiwa, apakah ada beda antara keduanya? Penyesalan yang tiada kunjung usai pun bukankah dapat meranggas keimanan.

Duri tajam yang pernah menancap di jiwa memang sungguh menyakitkan. Tetapi hidup juga tidak pernah berhenti pada satu titik persinggahan. Waktu akan selalu menggulirkan siang dan malam atas titah Sang Pemiliknya. Lalu, mengapa tak usah hiraukan saja torehannya, bila itu justru akan membuat hidup ini akan jauh lebih berharga.

Hapuslah air mata, hentikan juga sedu sedan. Bila akhir sepertiga malam menjelang, hamparkan sajadah dan ratakan kening di atasnya. Kemudian, tengadahkan telapak tangan seraya memohon ampunan dalam jutaan butir do'a. Bersimpuh, seraya merenungkan semua kekhilafan tentu akan lebih menenangkan jiwa.

Sabarlah...
Tiada seorang jua di dunia yang bersih dari segala dosa dan noda. Pun, masih pula tersedia banyak lembaran kertas untuk menggoreskan kehidupan yang lebih bermakna. Tataplah keindahan alam di luar sana, dengar dan rasakan senandung tasbih serta tahmid yang tak henti dialunkan penghuninya. Belajarlah dari mereka yang tercipta tidak sempurna seperti manusia, namun tak pernah berkeluh kesah akan nasibnya.

Semoga.

-Tulisan ini telah dimuat di buku Sapa Cinta dari Negeri Sakura-

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Peluklah Aku, Bunda.....

Bunda...
Sebuah nama indah yang dikagumi berjuta jiwa
Lewat pelukannya, cinta itu mengalir tiada jeda
Dengan samudera kasihnya, biduk kecil itu berlayar walau tiada nakhoda
Kelak, lelah bunda pun akan menuai berjuta pahala
Duhai…
Tidakkah engkau ingin menjadi bunda?

Seberkas cahaya terang menyilaukan matanya yang belum bisa melihat dengan sempurna. Seketika itu juga melengking tangisan dari bibir mungilnya. Suasana asing dengan suara-suara aneh membuatnya takut dan merasa tak nyaman. Sepasang tangan yang memegangnya inipun seakan enggan merengkuh tubuh mungilnya ke dalam dekapan. Tak ada pelukan kasih sayang, senyum keikhlasan, apalagi belaian kehangatan.

Wajah mungil yang baru saja menyapa dunia itu terlihat cantik mempesona. Bibir yang bagaikan delima merekah, alis mata laksana rombongan semut hitam yang berjalan beriringan, hidung pun tampak mancung menawan. Duhai, begitu sempurna ciptaanNya. Tertegun sejenak sepasang mata yang memandang. Namun mata hati telah terselaput noda, hingga meranggas fitrahnya sebagai seorang ibunda.

Dengan kasar kedua belah tangan itu memasukkan tubuh yang masih basah karena air ketuban dan percikan darah ke dalam sebuah bungkusan. Hanya jerit tangis yang semakin melengking terdengar. Tak ada bujuk rayu penuh kemesraan agar ia menghentikan tangisan, bahkan kemudian hanya sumpah serapah yang terlontar. Sosok mungil itu lalu pasrah dengan ketidakberdayaan dirinya

Tak lama, deru mobil membawa mereka ke sebuah pinggiran kota. Lalu di kegelapan malam wanita itu berjalan dengan gontai menyusuri jalan setapak. Langkahnya tersuruk-suruk goyah membawa tubuh yang masih payah. Sosok kecil dalam bungkusan pun hanya bisa mengeluarkan isak tertahan, karena sehelai kain batik membekap mulutnya. Ia haus dan pasti kedinginan. Air susu yang sangat diharapkan tak jua diberikan. Pelukan kehangatan hanyalah sebatas impian.

Tergesa-gesa diletakkan begitu saja darah dagingnya di dekat tumpukan sampah. Entah nanti akan bertahan hidup atau tidak, sama sekali tak terlintas dalam pikirannya. Buah hati yang mestinya dilimpahi rasa cinta itu pun telah lelah, hingga terbuai dalam mimpinya. Tak ada lambaian perpisahan, yang ada hanyalah suara tapak-tapak kaki yang mencoba berlari kencang dengan wajah pias ketakutan.

Di pekatnya malam, rembulan tampak bermuram durja. Burung malam pun seperti enggan riang berdendang. Alam seakan bersedih karena sebuah perbuatan biadab serta nista telah kembali dilakukan. Hanya iblis dan setan yang jelas terbahak-bahak senang. Rasa kemanusiaan nyata telah hilang, mengalahkan naluri hewan yang bahkan tahu cara menyayangi anak-anaknya.

Kabut malam berganti embun pagi, menandakan bergantinya hari. Dalam selubung dingin, semilir hembusan angin menebarkan bau anyir. Ada tangan mungil menyembul keluar dari sebuah plastik hitam, menggapai-gapai bagaikan memohon bantuan. Bibir yang telah berwarna pucat itu seperti ingin berteriak agar bunda segera memeluknya, namun hanya jerit tangis yang terdengar.

Sayup-sayup, terdengar gemerisik dari semak belukar, diikuti langkah-langkah perlahan bercampur dengus menggeram. Bayi yang tak berdosa itu sontak terdiam, lantas wajahnya terukir seulas senyuman. Mungkin bunda telah datang menjemput, ia berpikir dengan polosnya. Namun, bukan wajah teduh dan bersinar kasih sayang yang menghampirinya, melainkan tatapan lapar serta lelehan liur yang menetes dari sela-sela taring seekor anjing liar.

Bunda...
Tidakkah sebuah panggilan yang sungguh sangat indah? Karenanya, berjuta wanita begitu merindukan dirinya dipanggil sebagai ibunda. Bunda bukan sekedar sepatah kata, namun dibaliknya terkandung makna samudera kasih sayang dan luahan rasa cinta yang begitu dalam.

Karena sifat rahman dan rahim-Nya, hanya para bundalah yang dititipkan sebuah rahim untuk mengandung benih buah hati tercinta. Dilimpahkan pula baginya pahala yang berlipat ganda karena keikhlasan untuk membawa tambahan beban selama sembilan bulan. Bahkan ganjaran berupa pahala jihad juga dijanjikan saat akan melahirkan.

Namun...
Mengapa pula ada bunda yang tega kepada darah dagingnya? Lantas, haruskah sebuah perbuatan dosa yang telah dilakukan akan mengundang dosa berikutnya?

Perbuatan terlarang yang telah terlanjur dilakukan tidaklah menjadikan anak yang terlahir pun haram. Sebagaimana bayi-bayi lain yang dilahirkan dari sebuah mahligai cinta pernikahan, mereka juga fitrah dan amanah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Bunda...
Sanggupkah nanti di yaumil mahsyar matamu menatap raut wajah mungil yang dipenuhi tanda tanya, mengapa bunda enggan memelihara dirinya semasa di dunia? Lalu apa yang akan engkau katakan saat Sang Pemilik bertanya tentang amanah dariNya?

Sayangi mereka bunda. Berikan peluk cium dan dekapan kasih sayang hingga cinta bersemi di hatinya. Balurilah dengan do'a agar mereka kelak memiliki akhlak yang lebih baik dari kita. Sehingga saat diri ini telah tiada, mereka akan selalu melantunkan do'a sebagai shadaqah jariyah untuk menghapus dosa besar yang pernah dilakukan, di setiap keheningan malam, sujud serta sulaman jari-jemarinya.

-Dikutip ulang dari buku Sapa Cinta dari Negeri Sakura-

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Ketika Cinta Berbalas

Saya masih ingat ada seorang sahabat yang menulis artikel dengan judul "Cinta tak terbalas". Ya, jika udah bicara tentang "CINTA" , tidak akan pernah ada kata akhirnya, karena CINTA adalah anugerah yang indah sekaligus bikin gelisah.

Cinta tak/belum terbalas mungkin menyakitkan .. bikin penasaran … sekaligus berbunga angan-angan, "andaikan dia mau sama aku..", "apa dia tahu perasaanku ya ?".Mau tidak mau, kita dipaksa untuk mengakui dengan jujur…. , tiap hari pertanyaan serupa itu selalu muncul berganti-ganti.

Bila si dia menunjukkan respon ke arah "sana", hati kita langsung "kling-kling" bersinar cemerlang, serasa hanya kita yang diperhatikan .. "o, ternyata benar .. dia juga punya perasaan sama", "tuh, hanya aku yang dapat perhatian seperti itu…bla bla..bla ". Lagi, kalau si dia yang bikin kita kebat-kebit cuek dalam satu hari, hati tanpa dikomando bilang "tuh kan, aku mah ge-er aja… ", "ah, ternyata dia nggak suka ma aku". Lingkaran ini akan selalu berputar tak berkesudahan bila kita tidak bertanya langsung kepada si dia (karena takut resikonya ditolak).

Setuju sekali dengan pendapat sang ukthi, betapa naifnya hanya karena cinta pada satu orang, kita melupakan cinta dari orang-orang yang telah memberikan cinta sejatinya dari orang tua, saudara, sahabat, guru-guru, dll.

Nah, sekarang bagaimana kalau CINTA BERBALAS ? Apakah memang seperti gambaran orang-orang yang patah hati karena cinta mereka bertepuk sebelah tangan ? Cinta yang berbalas itu indah dan membahagiakan ?.

Cinta. Anugerah terindah itu pasti akan pernah mampir kepada manusia, makhluk ciptaan-Nya yang dilengkapi akal dan perasaan. Kita juga tidak pernah berencana untuk mencintai seseorang. Cinta itu datang tak terduga, mengalir begitu saja dan paling parah.. sukar untuk menghentikannya.! Di saat, virus merah jambu itu datang pada kita… dan bluss !! ternyata… CINTA ITU BERBALAS! Benar-benar indahkah ?

Membahagiakan kah ? Ternyata dari beberapa hasil survey, didapat kesimpulan "Cinta yang berbalas juga tidak selamanya sesuai harapan". ILMU, yang dilengkapi oleh kejujuran hati nurani yang dititipkan oleh SANG PEMILIK CINTA membuat kita gelisah : takut zina hati sekaligus menikmati gejolak perasaan yang bervariasi.

Hari-hari dipenuhi keraguan.. di saat kita gembira bertemu dengan "dia", di saat itu pula rasa "takut" hadir, di saat kita merindukannya, di saat itu pula kita merasa malu karena kita jarang mengingat pemiliknya, Ar-Rahman. Pergulatan batin akan jadi sangat melelahkan jika kita tidak berusaha untuk "mempertahankan" diri sekuatnya.

Okelah, bagi yang sudah punya kemampuan dan keinginan untuk menikah dalam restu orang tua, mereka punya solusi : SEGERA MENIKAH !. Berbahagialah bagi sahabat-sahabat yang berada dalam atmosfir seperti ini.

Nah, bagi yang belum punya kemampuan ? atau yang jatuh cinta pada yang nggak seakidah, atau yang belum direstui orang tua untuk segera menikah, atau lagi, yang jatuh cinta pada tunangan, suami atau isteri orang lain ? Wah.. wah.. ini nih UJIAN BERAT!, bukan berarti Allah nggak sayang sama kita, memberi anugerah sekaligus cobaan, tapi justru kita adalah orang-orang yang terpilih untuk membuktikan kesungguhan cinta kepada-Nya. Lalu ?

Haruskah kita hanyut dan terlena dengan cinta yang sesaat ini ? Ayo sobat ! Cinta sesungguhnya terbingkai dalam mahligai pernikahan. Dalam bingkai itulah kita benar-benar berhak mengekspresikan seluruh perasaan cinta yang ada… untuk meraih cinta-Nya yang Agung. Lamar atau minta dilamar, hanya itu pilihan.

Jangan terjebak CINTA SEMU !! Jika nama "dia" hadir tanpa diundang, segera ganti dengan istighfar dan sibukkan diri dengan aktifitas yang membutuhkan konsentrasi. Berhati-hatilah dengan hati yang melambung tinggi karena akan sangat sakit bila terhempas.

Tulisan ini hanya sekedar wacana untuk sama-sama jadi renungan. Mudah-mudahan kita bisa menikmati CINTA yang dianugerahkan-Nya dengan rasa syukur yang dalam, membuat kita makin mencintai-Nya dalam setiap hembusan nafas, berusaha mempertahankan zikrullah agar tidak berganti dengan nama si "dia".

Mari nikmati CINTA hanya untuk mengharap balasan cinta dari Sang Pemilik Cinta, karena hanya Dia yang tidak pernah mengecewakan kita. (fad)***

-----------------------------
sumber : manajemenqalbu.com

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Gaza, Sebuah Muara Cinta

Gaza, Sebuah Muara Cinta
Penulis: Dr. Ferry Hadary, ST., M.Eng*

Cinta...
Adakah kata yang lebih dahsyat darinya? Hati yang diliputi cinta akan membangkitkan rasa rindu teramat sangat. Dahsyatnya kerinduan itu menjadikan ruh, jiwa dan raga menyatu. Karenanya tak akan ada lelap, tiada pula lahap. Hilang pula aral dan bentangan jarak. Cinta memang sebuah kunci kebersamaan untuk kehidupan yang lebih indah. Hidup tanpa cinta, hampa tiada makna. Tak heran, bukankah cinta itu sendiri adalah sebuah kehidupan. Semakin dalam cinta itu tumbuh, maka semakin tinggi pula nilai dan nadi kehidupan.

Saat ruh, jiwa dan raga itu menyatu dalam cinta, kebajikan pun membuncah. Mengalir di setiap sendi kehidupan di belahan bumi mana saja. Ketika itulah setiap hati yang bersih terpercik keindahan cinta yang memesona. Riak butiran cinta itu pun akhirnya akan mencari muaranya. Berdebur, bergemuruh, bergelombang, membanjiri, dan akhirnya menghapus segala kotoran yang dilaluinya. Kini, butir-butir cinta itu menuju sebuah kota kecil, nun jauh di sana, Gaza, Palestina.

Inilah Gaza! Wilayah yang bentuknya sempit dan memanjang. Memiliki panjang wilayah 45 km, lebar 5,7 km di beberapa bagian dan 12 km di bagian yang lain sehingga luasnya adalah 365 km persegi. Selain lokasinya yang berada di ujung dekat perbatasan Mesir dan diapit oleh Laut Mediterania, Israel menempatkan pula balok-balok cor setinggi 9 meter meliputi Jalur Gaza dari selatan, utara dan timur untuk membatasi ruang gerak 1,5 juta penghuninya. Mereka tumpang-tindih di sana, kelaparan, tanpa ada pekerjaan. Bahkan tembok tersebut dilengkapi dengan sarana keamanan, alat penyergapan, tempat pengintai, alat-alat komunikasi, deteksi peringatan, alat perekam, dan alat-alat elektronik lainnya.

Akibat blokade oleh penjajah Zionis Israel, kebutuhan pokok berupa makanan, susu untuk bayi dan bahan bakar minyak tak dapat didistribusikan ke Gaza. Berbagai obat-obatan yang dibutuhkan rakyat semakin menipis bahkan sebagian jenis yang lain telah habis. Tak ada bangsal atau pun sekadar lorong kosong di asy-Syifa, rumah sakit satu-satunya, untuk pasien yang akan dirawat. Bau mayat pun merebak, memenuhi setiap sudut ruang. Penderitaan memang memiliki banyak wajah.

Kebrutalan Zionis Israel pula yang menjadikan darah dan airmata adalah sahabat karib penghuninya. Kental, menggumpal, menyaput di setiap sudut kota. Kini Gaza kembali menangis. Memilukan. Bukan! Bukan tangis ketakutan. Karena tangis itu kemudian menjelma menjadi erangan kemarahan.

Saat ini telah gugur lebih dari 700 syuhada, diantaranya 220 anak-anak, 65 wanita dan 2800 orang terluka. Api masih berkobar panas, serakah menjilat sisa bangunan. Percik darah juga semakin meruah, menggumpal di mana-mana. Rasa kemanusiaan seakan diperkosa secara brutal. Sementara gemuruh tank-tank Merkava untuk mendukung Operation Cast Lead masih pongah membelah jalanan. Rentetan senjata artileri, dentum rudal pun terus membelah langit Gaza. Memburaikan serpihan raga para syuhada. Berserak di antara reruntuhan bangunan dan kepingan logam hitam. Bau mesiu pun semakin mesra berkhalwat dengan darah.

Senjata penjajah Zionis Israel memang tak bermata. Menggorok, menerjang dan membunuh siapa saja. Tua renta, orang dewasa, remaja, bayi bahkan janin menjadi korban yang tak berdosa. Tak hiraukan pula tempat dan kapan terjadinya.

Perang sepertinya masih terus berkobar. Memaksa badai gurun sejenak berleha. Sementara angin meliuk turun dengan segenap gundah. Namun, takbir penghuni Gaza pun akan terus menyambutnya. Bersahut-sahutan. Lantang membahana bagai halilintar. Berdentam. Mendesak-desak ke segenap penjuru langit. Lantunan ayat al-Qur'an serta yel-yel perlawanan turut menyesakkan angkasa. Bergema, menerobos segala batas hingga jauh ke seluruh dunia.

Inilah Gaza! Bumi di mana Hasyim bin Abdu Manaf, orangtua dari kakek Rasulullah SAW, Abdul Muththalib, wafat serta dikuburkan dan tempat kelahiran Imam Syafi’i, murid Imam Malik, pendiri mazhab Syafi’i. Bahkan Gaza kini menjadi saksi hilangnya rasa kemanusiaan.

Tanyakan kepada hati nurani kita. Adakah hati yang tak sedih mendengar jerit anak-anak kecil yang ketakutan pada gemuruh perang? Tak adakah duka menyaksikan kaum wanita menangis pilu karena kehilangan suami, anak dan keluarga? Pedihkah hati ini ketika dengan mata telanjang menatap orang-orang tak berdosa bersimbah darah?

Namun, inilah Gaza! Simbol perjuangan yang heroik dan gigih. Sepetak bumi para nabi. Surga para syuhada yang menuju gerbang istana yang menjadi janji. Menyongsong ke arah gerbang langit yang telah terbuka. Sementara berpasang mata jelita mengintip penuh kerinduan dari balik kubah atap dunia yang saujana. Wajah-wajah itu bagai pualam yang memancarkan aura cinta, berselimut wangi kesturi beraroma surga.

Hari ini, bahkan mungkin esok kita akan menjadi saksi bahwa Zionis Israel pada akhirnya sedang menyulut api untuk membakar dirinya sendiri. Kita pula yang nanti bersaksi bahwa anak-anak perang itu akan lebih kuat dan berani untuk melawan penjajahan di atas tanah mereka, walau hanya dengan batu atau peralatan perang seadanya. Kelak, merekalah yang akan gagah memasang anak panah pada busur, menebas musuh dengan pedang yang kuat mengayun, hingga menembakkan butiran peluru yang tak sabar melaju.

Seharusnya, bukankah jika gaya grafitasi dapat menahan bumi dan bintang-bintang dari saling bertumbukan, maka cintalah yang mestinya dapat menjadi kekuatan penahan dari terjadinya benturan antar manusia yang menyebabkan terjadinya kehancuran? Dan, bukankah cinta kasih itu selalu memesona karena tak memandang jenis warna kulit, suku bangsa bahkan agama? Karenanya, bila rasa kemanusiaan dengan telanjang diabaikan di Gaza, masih adakah setidaknya sebutir cinta milik kita turut mengalir bersama gemuruh jutaan butir cinta yang menuju muaranya?

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Do'a Dikala Ragu akan Dirinya

Bagi yang sedang bimbang oleh sang kekasih, nih ada do'a yang bagus untuk diamalkan. Selamat Mengamalkan ya....:)

Ya Allah...
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi ya Allah...
Seandainya telah Engkau takdirkan...
...Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku

Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya

Dan ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya....

Ya Allah ya Tuhanku...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini

----------------------------------------
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
----------------------------------------

Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh

Amin... Ya Rabbal 'Alamin

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Bila Aku Jatuh Cinta

Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Amin !

Dari berbagai sumber

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Do'a Untuk Kekasih Hati

Allah Yang Maha Pemurah, terimakasih Engkau telah menciptakan dia dan mempertemukan saya dengannya.



Terimakasih untuk saat-saat indah yang boleh kami nikmati bersama.

Terimakasih untuk setiap pertemuan yang boleh kami lalui bersama.

Terimakasih untuk setiap saat-saat yang lalu.

Saya datang bersujud dihadapan-Mu,

Sucikan hati saya yaa Allah, sehingga dapat melaksanakan kehendak dan rencana-Mu dalam hidup saya.



Yaa Allah, jika saya bukan pemilik tulang rusuknya,

janganlah biarkan saya merindukan kehadirannya.

Janganlah biarkan saya melabuhkan hati saya di hatinya.

Kikislah pesonanya dari pelupuk mata saya

dan usirlah dia dari relung hati saya.

Gantilah damba kerinduan dan cinta yang bersemayam di dada ini dengan kasih dari dan pada-Mu yang tulus dan murni.

Tolonglah saya agar dapat mengasihinya sebagai sahabat.



Tetapi jika Kau ciptakan dia untuk saya, yaa Allah,

tolong satukan hati kami.

Bantulah saya untuk mencintai, mengerti dan menerima dia seutuhnya.

Berikan saya kesabaran, ketekunan, dan kesungguhan untuk memenangkan hatinya.

Urapilah dia agar dia juga mencintai, mengerti dan mau menerima saya

dengan segala kelebihan dan kekurangan saya sebagaimana saya telah Kau ciptakan.

Yakinkanlah dia bahwa saya sungguh-sungguh mencintai dan rela membagi suka dan duka saya dengan dia.



Yaa Allah Maha Pengasih, dengarlah doa saya ini.

Lepaskanlah saya dari keraguan ini menurut kasih dan kehendak-Mu.



Allah Yang Maha Kekal, saya tahu Engkau senantiasa memberikan yang terbaik buat saya.

Luka dan keraguan yang saya alami pasti ada hikmahnya.

Pergumulan ini mengajar saya untuk hidup makin dekat pada-Mu, untuk lebih peka terhadap suara-Mu

yang membimbing saya menuju terang-Mu.

Ajarlah saya untuk tetap setia dan sabar menanti tibanya waktu yang telah Engkau tentukan.



Jadilah kehendak-Mu dan bukan kehendak saya yang jadi dalam setiap bagian hidup saya, yaa Allah.

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...