INDONESIA

Tulisan Berjalan

Selamat Datang di Blog Ibni Abrar

Thursday 10 November 2011

Anak Pintar Sejak Dari Kandungan



Menciptakan Anak Pintar Sejak Dalam Kandungan  
ADALAH hal yang sangat naif, ketika seorang anak menjadi bodoh, nakal, pemberang, atau bermasalah, lalu orang tua menyalahkan guru, pergaulan di sekolah, dan lingkungan yang tidak beres. Tiga faktor itu hanya berperan dalam proses perkembangan anak, sedangkan bakat anak itu menjadi bodoh, nakal, atau pemberang justru terletak dari bagaimana orang tua memberikan awal kehidupan si anak tersebut.  
Bukan hal aneh bahwa seorang anak dapat dididik dan dirangsang kecerdasannya sejak masih dalam kandungan. Malah, sejak masih janin, orang tua dapat melihat perkembangan kecerdasan anaknya. Untuk bisa seperti itu, orang tua harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain terpenuhinya kebutuhan biomedis, kasih sayang, dan stimulasi. Hal ini diungkap dokter spesialis anak, dr Sudjatmiko, MD SpA.  
Bicara tentang kecerdasan, tentu saja tidak bisa lepas dari masalah kualitas otak, sedangkan kualitas otak itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Secara prinsip, menurut Sudjatmiko, perkembangan positif kecerdasan sejak dalam kandungan itu bisa terjadi dengan memperhatikan banyak hal. Pertama, kebutuhan-kebutuhan biologis (fisik) berupa nutrisi bagi ibu hamil harus benar-benar terpenuhi. Seorang ibu hamil, gizinya harus cukup. Artinya, asupan protein, karbohidrat, dan mineralnya terpenuhi dengan baik.  
Selain itu, seorang ibu hamil tidak menderita penyakit yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kandungannya. Kebutuhan nutrisi itu sendiri, sebenarnya bukan hanya ketika ibu mengandung, melainkan ketika ia siap untuk mengandung pun sudah harus memperhatikan gizi, makanan, dan komposisi nutrisinya harus lengkap, sehingga ketika ia hamil, dari segi fisik sudah siap dan proses kehamilan akan berlangsung optimal secara nutrisi.  
Tapi, memang di Indonesia atau di negara-negara berkembang pada umumnya--boleh dikatakan sangat jarang ada keluarga yang mempersiapkan kehamilan. Malah, kerap kehamilan dianggap sebagai suatu yang mengejutkan. Berbeda dengan yang terjadi di negara-negara maju. Inilah yang cenderung menjadi penyebab awal mengapa anak-anak yang lahir kemudian tidak berkualitas, karena orang tua seakan tidak siap dalam segala hal untuk memelihara anaknya.  
Faktor kedua adalah kebutuhan kasih sayang. Seorang ibu harus menerima kehamilan itu, dalam arti kehamilan yang benar-benar dikehendaki. Tanpa kasih sayang, tumbuh kembangnya bayi tidak akan optimal. "Si ibu hamil harus siap dan dapat menerima risiko dari kehamilannya," kata mantan Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Anak Indonesia itu. "Risiko itu, misalnya, seorang wanita karier yang hamil, merasa terbebani dan khawatir akan mengganggu pekerjaannya. Ia sebenarnya ingin hamil, tapi juga merasa terganggu dengan kehamilannya itu. Kondisi seperti ini tidak kondusif untuk merangsang perkembangan bayi dalam kandungannya," tambahnya.  
Selain itu, menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, ada faktor psikologis yang memengaruhi perkembangan kecerdasan bayi, yaitu apakah si ibu hamil menikah secara resmi atau kawin lari. Pernikahannya direstui atau tidak, dan apakah ada komitmen antara istri dan suami. Tanpa komitmen di antara keduanya, kehamilan itu bisa dianggap mengganggu.  
Juga harus ada support (dukungan). Tanpa support, walaupun ada komitmen dari suami dan orang tua dapat mengurangi perkembangan dan rangsangan kecerdasan bayi dalam kandungan. "Jadi, variabel kasih sayang tadi adalah komitmen dengan suami, serta support dari orang tua dan keluarga, sehingga seorang ibu dapat menerima kehamilannya dengan hati tenteram," lanjut Sudjatmiko.  
Faktor ketiga adalah adanya perhatian penuh dari si ibu hamil terhadap kandungannya. Ia dapat memberikan rangsangan dan sentuhan secara sengaja kepada bayi dalam kandungannya. Karena secara emosional akan terjadi kontak. Jika ibunya gembira dan senang, dalam darahnya akan melepaskan neo transmitter zat-zat rasa senang, sehingga bayi dalam kandungannya juga akan merasa senang.  
Sebaliknya, bila si ibu selalu merasa tertekan, terbebani, gelisah, dan stres, ia akan melepaskan zat-zat dalam darahnya yang mengandung rasa tidak nyaman tersebut, sehingga secara tidak sadar bayi akan terstimuli juga ikut gelisah. "Yang paling baik adalah stimuli berupa suara-suara, elusan, dan nyanyian yang disukai si ibu. Hal ini akan merangsang bayi untuk ikut senang. Berbeda jika si ibu melakukan hal-hal yang tidak disukainya, karena itu sama saja memberikan rangsangan negatif pada bayi," ujar Sudjatmiko.  
Tapi, stimuli itu sendiri lebih efektif bila kehamilan sudah menginjak usia di atas enam bulan. Sebab, pada usia tersebut jaringan struktur otak pada bayi sudah mulai bisa berfungsi.  
Untuk mendapatkan kondisi-kondisi itulah, seorang ibu hamil harus tetap menjaga nutrisi yang didapat dari makanan sehari-hari. Bahkan, perlu diimunisasi, misalnya dengan suntik TT. Lakukan juga konsultasi rutin dengan dokter secara berkala. Mula-mula sekali sebulan, dan pada bulan terakhir menjelang kelahiran (partus), diperketat menjadi tiga minggu sekali, lalu dua minggu sekali, dan bahkan mendekati partus menjadi setiap minggu.  
Sudjatmiko juga menyarankan untuk tidak meminum obat-obatan yang katanya bisa merangsang perkembangan dan kecerdasan otak bayi. Obat-obatan semacam itu hanya omong kosong. "Pemberian obat semacam itu percuma saja, dan tidak berpengaruh apa-apa," katanya. "Yang penting, ciptakan saja lingkungan mendidik, yaitu tiga faktor tadi.  
Sementara itu, psikolog anak Dra Surastuti Nurdadi juga mengungkapkan pendapat yang sama. Stimulasi positif, menurutnya, memang dapat meningkatkan kecerdasan anak sejak dalam kandungan. Dari stimulasi ini, diharapkan ketika anak tumbuh, bukan hanya menjadi cerdas, melainkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. "Stimulasi menimbulkan kedekatan antara ibu dan anak.  
Bahkan, lanjut Surastuti, bayi masih dalam kandungan bisa distimuli dengan diperdengarkan musik klasik, diajak berbicara, dan diberikan elusan penuh kasih sayang. Orang tua juga harus siap dan berusaha mengajarkan cara anaknya bersosialisasi dengan dunia luar ketika ia masih di dalam rahim.  
Tapi, mengapa musik klasik? Pendapat semacam ini memang terus menjadi topik bahasan. Musikus hebat seperti Adhi MS, pimpinan Twilite Orchestra, juga meyakini musik klasik dapat merangsang kecerdasan bayi sejak dalam kandungan. Bahkan, untuk jenis musik yang 'merangsang bayi' ini sudah banyak dijual di toko-toko kaset tertentu.  
Tapi, untuk lebih tuntasnya kupasan mengenai hal itu, coba kita simak penuturan Surastuti yang juga dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini. Musik klasik, katanya, memiliki berbagai macam harmoni yang terdiri dari nada-nada. Nada-nada inilah yang memberikan stimulasi berupa gelombang alfa. Gelombang ini memberikan ketenangan, kenyamanan, dan ketenteraman, sehingga anak dapat lebih berkonsentrasi.  
"Menurut beberapa penelitian, musik klasik memang termasuk metode yang tepat. Anak menjadi siap menerima sesuatu yang baru dari lingkungannya," ujar pengasuh rubrik konsultasi di Klinik Anakku ini. Tapi, jangan coba-coba memperdengarkan musik-musik keras kepada bayi dalam kandungan. Konon, justru menyebabkan timbulnya kebingungan pada si jabang bayi! (*/V-1)  
Sumber: http://www.media-indonesia.com/cetak/berita.asp?ID=2002072323280596  

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

PAHALA SEDEKAH ABDULLAH bin MUBARAK SEBESAR PAHALA NAIK HAJI

PAHALA SEDEKAH ABDULLAH bin MUBARAKSEBESAR PAHALA NAIK HAJI (Syamsul Rijal Hamid) Sewaktu melakukan perjalanan haji ke kota Mekkah, Abdullah bin Mubarak singgah di kota Kufah. Suatu saat, di kota itu, ia melihat seorang wanita memungut bangkai ayam di tempat sampah kemudian mencabuti bulu-bulunya. "Ayam ini bangkai atau sudah disembelih," tanya Abdullah bin Mubarak. "Bangkai," jawab wanita itu jujur. "akan aku makan bersama anak-anakku." "Mengapa? Bukankah Rasulullah Saw telah mengharamkan daging bangkai?" "Ya. Apa boleh buat?" "Ceritakanlah perihal dirimu, kenapa engkau berani melanggar ketetapan Rasulullah?" pinta Abdullah bin Mubarak. Semula wanita itu menolak untuk berterus terang. Namun karena berkali-kali Abdullah mendesak, akhirnya ia menceritakan tentang keadaannya. "Sudah tiga hari ini aku dan anak-anakku tidak makan." Mendengar penuturan itu, Abdullah segera menuju perkemahannya. Kemudian ia tuntun keledai dan perbekalannya ke rumah wanita tadi. Lantas menyerahkannya. "Janganlah engkau memakan bangkai yang diharamkan itu," jujar Abdullah bin Mubarak."Sebagai ganti, terimalah uang, makanan dan pakaianku." Wanita itu termangu tidak percaya. "Ambillah, "suruh Abdullah."Berikut keledai dan perbekalan yang ada dipunggungnya."Akhirnya wanita itu menerima sedekah Abdullah. Abdullah lantas menetap di kota itu beberapa waktu lamanya, karena sudah tidak punya bekal untuk melanjutkan perjalanan hajinya. Setelah tiba waktunya orang-orang yang naik haji pulang ke negeri masing-masing. Abdullah juga kembali ke negerinya. Sesampainya di rumah, berdatanganlah para tetangga dan sanak keluarganya memberi ucapan selamat. Tidak kecuali mereka yang menunaikan ibadah haji pada waktu itu juga. "Jangan ucapkan selamat kepadaku," cegah Abdullah. Lalu tanpa malu-malu ia katakan "Tahun ini aku tidak pergi haji." "Maha Suci Allah." Sebut salah seorang diantara tamu-tamunya. "Bukankah engkau membawa titipan uangku dan aku ambil kembali ketika kita bertemu di Arafah?" "Malahan engkau juga memberi minum aku sewaktu kita bertemu di Mekah?" kata yang lain memberikan pengakuan. Abdullah bin Mubarak semakin bingung mendengar ucapan-ucapan mereka. "Sungguh, aku tidak jadi ke Mekah," bantahnya ngotot. "Subhanallah. Bukankah engkau juga membawa air zam-zam untukku? Kata tamu yang lain lagi mengingatkan. "Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua yang kalian katakan." Bantah Abdullah serius. Pada malam harinya, kala tertidur pulas, Abdullah bermimpi mendengar suara gaib. "Hai Abdullah, Allah Swt menerima sedekahmu. Kemudian Dia menyuruh seorang Malaikat menyerupainya untuk menggantikanmu melaksanakan ibadah haji." Subhanallah

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Ibroh

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil yani berlari lari gembira di atas jalanan menyebrangi kawasan lampu merah karet baju merahnya yang kebesaran melambai lambai di tiup angin tangan kanannya memegang es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk di cicipi sementara tangan kirinya mencengkram ikatan sabuk celana ayahnya Yani dan ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum karet berputar sejenak ke kanan dan kemudian duduk di atas seoonggok nisan "Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1905 : 20-01-1965" "Nak, ini kubur nenekmu mari kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yang mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya dan ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk neneknya . "Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya yah" Ayahnya mengangguk sembari tersenyum sembari memandang pusara Ibu-nya "hmm, berarti nenek sudah meninggal 36 tahun ya yah..." kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung iya, nenekmu sudah di dalam kubur 36 tahun ... yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana, di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini : 19-02-1882 : 30-01-1910" "hmm.. kalau yang itu sudah meninggal 91 tahun yang lalu ya yah" jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya sekali lagi ayahnya mengangguk .. tangannya terangkat mengelus kepala anak satu satunya "memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya "hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa dineraka " kata yani sambil meminta persetujuan ayahnya . iya kan yah ? ayahnya tersenyum, "lalu ?" "iya .. kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 36 tahun dong yah di kubur ? kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 36 tahun nenek senang di kubur .. ya nggak yah ? " mata yani berbinar karna bisa menjelaskan kepada ayahnya pendapat Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas .. "Iya nak, kamu pintar" Pulang dari Pemakaman, ayah Yani tampak gelisah di atas sejadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya . 36 tahun ... hingga sekarang ... kalau kiamat datang 100 tahun lagi ,,,, 136 tahun disiksa .. atau bahagia di kubur .. lalu ia menunduk .. meneteskan air mata . kalau ia meninggal .. lalu banyak dosanya ... lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti ia akan disiksa 1000 tahun ? innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un .. air matanya semakin banyak menetes .. sanggupkah ia selama itu disiksa ? iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan . kalau 2000 tahun lagi ? kalau 3000 tahun lagi ? selama itu ia akan disiksa di kubur .. lalu setelah dikubur ? bukankah akan lebih parah lagi ? tahankah ia ? padahal melihat adegan preman dipukuli massa di televisi kemarin ia sudah tak tahan ? Ya Allah ... ia semakin menunduk .. tangannya terangkat keatas .. bahunya naik turun tak teratur ... air matanya semakin membanjiri jenggotnya ... Allahumma as aluka khusnul khootimah berulang kali di bacanya doa itu hingga suaranya serak ... dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani dihampirinya yani yang tertidur di atas dipan bambu... dibetulkannya selimutnya, dan "plak" .. se ekor nyamuk berada di dahi yani .. yani terus tertidur ... tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya .. arti sebuah kehidupan ... dan apa yang akan datang di depannya.

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Iman As-Syahid Hasan al-Banna

Bismillahirrahmanirrahim "Katakanlah, 'Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) adzab yang keras.' Katakanlah, 'Upah apapun yang aku m inta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.' Katakanlah, 'Sesungguhnya Tuhanku mewahyukan kebenaran. Dia Maha Mengetahui segala yang ghaib.' Katakanlah, `Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak pula akan mengulangi.' Katakanlah, 'Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri, dan jika aku mendapatkan petunjuk, maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat." (Saba': 46-50) Wahai pemuda! Saya panjatkan puji ke hadirat Allah, yang tiada Tuhan melainkan Dia. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Muhammad, imam para pembaru dan penghulu para mujahid; keluarga; sahabat; dan para tabi'in. Wahai pemuda! Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealiasasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Sepertinya keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda. Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuataannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. "Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk." (AI-Kahfi: 13) Beranjak dari sini, sesungguhnya banyak kewajiban kalian, besar tanggung jawab kalian, semakin berlipat hak-hak umat yang harus kalian tunaikan, dan semakin berat amanat yang terpikul di pundak kalian. Kalian harus berpikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat; dan hendaklah kalian mampu menunaikan hak-hak umat ini dengan sempurna. Ada di antara pemuda yang tumbuh dalam situasi bangsa yang dingin dan tenang, di mana kekuasaan pemerintah telah tertanam kuat dan kemakmuran telah dirasakan oleh warganya. Sehingga pemuda yang tumbuh dalam suasana ini aktifitasnya lebih banyak tertuju kepada dirinya sendiri daripada untuk umatnya. Dia pun kemudian cenderung main-main dan berhura-hura karena merasa tenang jiwanya dan lega hatinya. Ada juga pemuda yang tumbuh dalam suasana bangsa yang keras dan bergolak, di mana bangsa itu sedang dikuasai oleh lawannya dan dalam semua urusan diperbudak oleh musuhnya. Bangsa ini berjuang semampunya untuk mengembalikan hak yang dirampas, tanah air yang terjajah, dan kebebasan, kemuliaan, serta nilai-nilai agung yang hilang. Saat itulah kewajiban mendasar bagi pemuda yang tumbuh dalam situasi seperti ini adalah berbuat untuk bangsanya lebih banyak dari pada berbuat untuk dirinya sendiri. Jika ia lakukan hal itu, ia akan beruntung dengan mendapatkan kebaikan segera di medan kemenangari dan kebaikan -yang tertunda- berupa pahala dari Allah swt. Barangkali, merupakan suatu keberuntungan bagi kita bahwa kita termasuk pemuda kelompok kedua (yang dibesarkan dalam situasi keras dan bergolak). Oleh karena itu, kedua mata kita pun terbuka di hadapan sebuah umat yang terus berjihad dan berjuang untuk mendapatkan hak dan kebebasannya. Bersiapsiaplah wahai para tokoh! Sungguh, alangkah dekatnya kemenangan bagi kaum mukminin dan alangkah besarnya keberuntungan bagi para aktifis yang tak henti berjuang. Wahai pemuda! Barangkali ancaman yang cukup berbahaya pada bangsa yang mau bangkit -dan kita sekarang berada di fajar kebangkitan adalah munculnya beragam isme, banyaknya seruan-seruan, warna-warninya manhaj, perbedaan dalam penetapan strategi dan sarana perjuangan, dan tidak sedikitnya orang yang berambisi untuk menjadi pemimpin dan penguasa. Berawal dari sini, maka studi perbandingan terhadap isme-isme menjadi amat penting bagi siapa saja yang menginginkan perbaikan: Dari sini pula, maka kewajiban saya adalah menerangkan kepada kalian dengan ringkas dan jelas tentang dakwah Islam pada abad keempat belas hijriyah. DAKWAH IKHWANUL MUSLIMIN, DAKWAH ABAD EMPAT BELAS HIJRIYAH Wahai pemuda! Kita telah beriman dengan keimanan yang tidak perlu diperdebatkan dan tidak ada keraguan di dalamnya. Kita juga telah yakin dengan sebuah keyakinan yang lebih tangguh dari gunung dan lebih dalam dari rahasia-rahasia yang ada di dalam benak, bahwa sesungguhnya tidak ada fikrah yang benar kecuali satu saja. Dialah fikrah yang bisa menyelamatkan dunia dari penindasan, membimbing manusia yang bimbang dan menunjukkannya ke jalan yang lurus. Oleh karena itu, rasanya hanya fikrah inilah yang pantas untuk berkorban dengan jiwa dan harta, dengan yang murah ataupun yang mahal, demi deklarasi dan penyebaran kebenarannya, serta membawa manusia ke dalam naungannya. Fikrah itu adalah Islam yang hanif, tiada cacat di dalamnya, tiada setitik noda menyelimutinya, dan tidak akan sesat bagi yang mengikutinya. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). "Tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana" (Ali Imran: 18) "Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai Islam itu sebagai agama bagimu." (AI-Maidah: 3) Oleh karena itu, Fikrah kami adalah Islam; di atas Islam fikrah itu tegak, kepada Islam fikrah itu bersandar, demi Islam fikrah itu berjihad, dan karena meninggikan kalimatnya fikrah itu beramal. Kita tidak mungkin akan mengganti Islam sebagai sistem, tidak rela menjadikan selainnya sebagai imam, dan tidak akan taat kepada yang lain dalam pengambilan hukum. "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekalikali tidak akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (Ali Imran: 85) Telah datang kepada Islam dan kaum muslimin suatu masa yang di dalamnya terjadi peristiwa demi peristiwa dan bergilir bencana demi bencana. Musuh-musuh mereka berusaha memadamkan lentera Islam, menyembunyikan keagungannya, menyesatkan para pengikutnya, melenyapkan hukum-hukumnya, melemahkan bala tentaranya, dan menyelewengkan ajarannya -dengan cara mengurangi, menambahi, atau men-ta'wil-kan dengan interpretasi yang tidak semestinya. Situasi itu masih berlanjut dengan lenyapnya Islam dari pentas politik, terbengkalainya kedaulatan Islam pada skala internasional, tercabik-cabiknya tentara Muhammad, dan jatuhnya bangsa ini ke dalam genggaman kaum kafir dalam keadaan hina dan tidak berdaya. Oleh karenanya, kewajiban pertama bagi kita sebagai aktifis Ikhwan adalah menyampaikan kepada manusia tentang batas-batas Islam ini secara jelas dan sempurna, tanpa ditambah dan dikurangi, dan tidak pula membuat rancu ajarannya. Hal yang demikian itu merupakan aspek teoritis dari fikrah kami. Kemudian, pada saat yang bersamaan kami menuntut dan mengkondisikan mereka untuk mewujudkannya dalam amal nyata. Hal yang kedua inilah merupakan aspek amali dari fikrah kami. Tiang penyangga kami dalam melaksanakan itu semua adalah Kitab Allah yang tiada kebatilan di depan dan di belakangnya, Sunah Rasul yang shahih, dan sirah kaum salaf dari umat ini. Di balik itu, kami tidak menghendaki apa-apa kecuali ridha Allah, melaksanakan kewajiban, membimbing manusia, dan menunjuki mereka. Kami akan berjuang untuk terwujudnya fikrah kami, kami akan berjuang atas apa yang telah kami yakini, kami akan mengajak manusia ke sana, dan akan kami kerahkan segala sesuatu demi keberhasilannya. Dengan demikian, kami akan hidup mulia atau mati terhormat: Syi'ar abadi kami adalah: Allah tujuan kami Rasul pemimpin kami; Al-Qur'an undang-undang kami; jihad jalan kami; dan mati di jalan Allah adalah cita-cita kami yang tertinggi. Wahai pemuda! Sesungguhnya, Allah telah memuliakan kalian dengan menisbatkan diri kepada-Nya, beriman terhadap keberadaan-Nya, dan tumbuh dalam naungan agama-Nya. Dengan agama itu pula, Allah menetapkan atas kalian derajat yang tinggi di dunia, amanah kepemimpinan atas sekalian alam; dan kemuliaan seorang ustadz di hadapan murid-muridnya. "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada AIlah." (Ali Imran: 110) "Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adi) dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan} manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas perbuatan kamu." (AI-Baqarah: 143} Oleh karenanya, yang pertama kali Allah serukan kepada kalian adalah hendaklah kalian yakin akan eksistensi kalian, mengetahui posisi kalian, dan percaya bahwa kalian adalah para pewaris kekuasaan dunia, meski musuh-musuh kalian menghendaki agar kaliait tetap terhina. Kalian adalah para guru bagi dunia, meski pihak-pihak selain kalian berusaha untuk mengungguli dengan gebyar kehidupan dunia. Sesungguhnya, kesudahan terbaik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa. Oleh karena itu, (wahai pemuda) perbaruilah iman, kemudian tentukan sasaran dan tujuan langkah kalian: Sesungguhnya, kekuatan pertama adalah iman, buah dari iman ini adalah kesatuan, dan konsekuensi logis dari kesatuan adalah kemenangan yang gilang-gemilang. Oleh karenanya, berimanlah kalian, eratkanlah ukhuwah, sadartlah, dan kemudian tunggulah (setelah itu) datangnya kemenangan. "Berikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman." Dunia ini sedang dalam kandisi gundah gulana. Semua sistem yang ada telah gagal melakukan perbaikan. Sesungguhnya, tidak ada jalan keluar dari permasalahan itu kecuali Islam. Oleh karenanya, majulah -dengan asma Allah- untuk menyelamatkannya. Semua orang tengah menunggu datangnya seorangjuru selamat, dan juru selamat itu tiada lain kecuali risalah islamiyah, di mana kalian yang membawa lenteranya dan memberikan kabar gembira kepada manusia dengan keberadaannya. Wahai pemuda! Sesungguhnya, manhaj Ikhwanul Muslimin itu telah jelas tahapan dan langkah-langkahnya. Kalian tahu benar apa yang kami inginkan dan kami paham benar sarana apa saja yang dipergunakan untuk mewujudkan keinginan itu. Pertama-tama, kami menginginkan seorang yang muslim dalam pola pikir dan akidahnya, dalam moralitas dan perasaannya, serta dalam amal dan perilakunya. Ini merupakan salah satu upaya pembentukari individu mukmin dalam dakwah kami. Setelah itu, kami menginginkan terbangunnya rumah tangga yang islami dalam pola pikir dan akidahnya, dalam moralitas dan perasaannya, serta dalam amal dan perilakunya. Untuk itu, kami juga memperhatikan kaum wanita sebagaimana perhatian kami kepada kaum pria. Kami juga memperhatikan anak-anak sebagimana perhatian kami kepada pemuda. Setelah itu, kami juga menginginkan bangsa yang muslim. Untuk'itulah, kami berusaha agar dakwah kami sampai ke setiap pelosok, suara kami bisa didengarkan di setiap tempat, fikrah kami bisa dipahami dengan mudah, serta bisa menerobos ke seluruh penjuru desa, kota, dan pusat-pusat kegiatan. Untuk itu, kami tidak akan menyia-nyiakan potensi dan sarana yang ada. Setelah itu, kami menginginkan sebuah pemerintahan Islam yang bisa memimpin bangsa menuju masjid dan membimbing manusia kepada hidayah Islam, sebagaimana pemerintahan Islam sebelumnya yang telah berhasil membawa mereka ke jalan itu dengan bimbingan para sahabat Rasul, seperti Abu Bakar dan Umar ra. Dari sinilah kami tidak mengakui sistem pemerintahan apa pun yang tidak menekankan dan tidak bertumpu pada asas Islam. Kami juga tidak mengakui partai-partai politik yangada dan berbagai bentuk pemerintahan konservatif yang dipaksakan oleh orang kafir dan musuh-musuh islam untuk menerapkan dan mengamalkannya. Kami akan berusaha untuk menghidupkan sistem hukum Islam dalam setiap aspeknya dan membangun pemerintahan yang islami dengan berasaskan sistem ini. Setelah itu, kami menginginkan' agar setiap jengkal dari negeri-negeri kami yang muslim bergabung bersama kami. Negeri-negeri itulah yang dahulu dijajah dan dipecah belah oleh sistem politik Barat dan diporak-porandakan kesatuannya oleh ambisi bangsa-bangsa Eropa. Oleh karena itu, kami tidak mengakui adanya pembagian-pembagian teritorial yang bersifat politis dan berbagai kesepakatan internasional yang ada setelahnya, karena hal itu semualah yang telah menjadikan negara Islam yang besar ini terpecah menjadi negaranegara kecil yang lemah, sehingga mudah dikuasai oleh penjajah. Kami tidak akan tinggal diam terhadap proyek pemberangusan kemerdekaan bangsa dan membiarkan meraka menjadi budak bagi bangsa lainnya. Mesir, Syiria, Irak, Hijaz, Libya, Tunis, Aljazair, Mauritania, dan setiap jengkal tanah yang di dalamnya terdapat seorang muslim yang berseru "Lailaaha Illallah ", semua itu adalah Negara Islam Raya. Kami berusaha untuk memerdekakan, menyelamatkan, membebaskan, dan mempersatukan antara yang satu dengan lainnya. Kalau penguasa Jerman memaksakan kehendaknya untuk melindungi setiap orang yang mengalir di tubuhnya darah Aria, maka sesungguhnya ajaran Islam mewajibkan kepada setiap muslim agar menjadikan dirinya sebagai pelindung bag'i siapa saja yang relung jiwanya terisi oleh ajaran-ajaran Al-Qur'an. Oleh karenanya, dalam tradisi Islam, faktor kesukuan tidak boleh lebih dominan daripada faktor iman. Dalam Islam, akidah adalah segalanya. Bukankah hakekat iman seseorang itu tercermin dari pengungkapan cinta dan bencinya? Setelah itu, kami menginginkan agar panji Islam kembali berkibar memenuhijagad raya. Dahulu, pada beberapa kurun iktu wilayah-wilayah itu pernah sejahtera dalam naungan Islam. Bergema di dalamnya suara muadzin dengan takbir dan tahlilnya. Kemudian, datanglah masa di saat para penah berupaya memadamkan cahayanya, maka kembalilah wilayah-wilayah itu kepada kekufuran. Andalusia, Cicilia, Balkan, negeri-negeri Italia bagian selatan dan Cyprus, semua itu (dulu) merupakan wilayah Islam, dan di waktu mendatang harus kembali ke pangkuan Islam. Laut Tengah dan Laut Merah yang merupakan dua laut Islam juga harus kembali perti sedia kala. Jika Jendral Musolini berpendapat bahwa imperium Romawi dan negara-negara yang tergabung dalam imperium itu dahulu harus kembali ke dalam rengkuhannya -yang itu hanya didasarkan atas ambisi dan desakan hawa nafsu- maka tentunya kita lebih berhak untuk mengembalikan kejayaan imperium Islam, yang pernah tegak di atasnya kebenaran dan keadilan, dan yang telah menebarkan cahaya hidayah kepada sekalian manusia. setelah itu, dengan berkibarnya panji Islam tadi kami bermaksud mendeklarasikan dakwah kami kepada seluruh alam, menyampaikannya kepada sekalian manusia, memenuhi seatero bumi dengan ajarannya, dan memaksa setiap penguasa yang diktator untuk tunduk kepadanya. Sampai akhirnya tidak ada lagi Fitnah dan agama ini semuanya milik Allah. taat itulah, kaum muslimin bergembira dengan pertolongan Allah. Allah menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dia Mahaperkasa lagi Mahapemurah. Pada setiap tahapan yang telah kita paparkan di atas terdapat langkah, rincian, dan sarana-sarananya. Namun, di sini kami hanya memaparkan dengan tidak memperpanjang uraian dan tidak pula membuat rincian. Allah adalah Dzat tempat memohon pertolongan. Cukuplah Dia bagi kami, Dia adalah sebaik-baik pelindung. Mungkin mereka yang picik dan pengecut akan mengatakan bahwa itu semua adalah angan-angan dan ilusi yang sedang menyelimuti jiwa manusia. Sungguh, perkataan ini adalah sebuah kekerdilan yang kami tidak pernah mengenalnya dan Islam pun tidak mengakuinya. Dia adalah sifat wahn yang bersemayam dalam hati umat ini. Sifat itulah yang menjadikan musuh-musuh Islam semakin menancapkan kuku-kuku pengaruhnya dalam tubuh umat ini. Itu semua adalah wujud kegersangan hati dari nilai-nilai keimanan, dan keberadaannya menjadi sebab utama terpuruknya kaum muslimin. Kami akan mendeklarasikan dengan lantang bahwa setiap muslim tidak percaya dengan manhaj seperti ini, tidak akan berbuat untuk merealisasikannya, dan yang demikian itu memang tidak mendapat tempat dalam Islam. Oleh karenanya, hendaklah mereka mencari fikrah lain yang bisa menjamin dan mengamalkannya. Wahai pemuda! Kalian tidak lebih lemah dari generasi sebelum kalian; yang dengan perantaraan mereka Allah membuktikan kebenaran manhaj ini. Oleh karenanya, janganlah merasa resah dan jangan merasa lemah. Pampangkan di depan mata kalian firman Allah, "(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul-Nya) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,' maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, 'Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung." (Ali Imran: 173) Kita akan menempa diri, sehingga setiap kita menjadi seorang muslim sejati. Kita akan membina rumah tangga-rumah tangga kaum muslimin menuju terbangunnya rumah tangga yang islami. Setelah itu, kita akan menempa bangsa kita menjadi bangsa yang muslim, yang tertegak di dalamnya kehidupan masyarakat yang islami. Kita akan meniti langkah-langkah yang sudah pasti, dari awal hingga akhir perjalanan. Kita akan mencapai sasaran yang telah digariskan Allah bagi kita, bukan yang kita paksakan untuk diri kita. Allah tidak menghendaki kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, meski orang-orang kafir tidak menyukainya. Untuk itu, kita telah mempersiapkan keimanan yang tidak mungkin goyah, amal yang berkelanjutan, tsiqah (kepercayaan) kepada Allah yang tidak akan melemah, dan jiwa-jiwa yang merindukan pertemuan dengan Allah dalam keadaan syahid di jalan-Nya. Jadikanlah itu semua sebagai landasan dan hakekat dari politik internal dan eksternal kita, karena sesungguhnya dengan begitu kita akan bertumpu kepada Islam. Kita pun akan mengetahui bahwa sesungguhnya memisahkan agama dari politik itu bukan dari ajaran Islam. Pemisahan itu tidak pernah dikenal oleh kaum muslimin yang jujur dalam beragama dan paham akan ruh ajarannya. Oleh karena itu, hendaklah berlalu dari kami siapa saja yang ingin memalingkan kami dari manhaj ini, karena sesungguhnya mereka adalah musuh Islam, atau orang-orang Islam yang bodoh terhadapp ajarannya. Tidak ada yang ingin memalingkan kami darinya kecuali salah satu di antara keduanya. Wahai pemuda! Adalah kesalahan besar bagi mereka yang menduga bahwa jamaah Ikhwanul Muslimin adalah Jamaah Darwis, di mana para pengikutnya membatasi diri dalam wilayah sempit dari pemahaman masalah ibadah. Seluruh konsentrasi gerak mereka adalah shalar, shaum, dzikir, dan tasbih. Kaum muslimin pada periode awal tidak pernah mengenal dan mengimani Islam dengan pemahaman seperti ini. Akan tetapi, mereka meyakini Islam sebagai akidah dan ibadah, negara dan kewarganegaraan, akhlak dan materi, budaya dan undangundang, serta toleransi dan kekuatan. Mereka meyakini Islam sebagai sistem paripurna yang melingkupi seluruh aspek kehidupan, mengatur perkara dunia sebagaimana dia mengatur perkara akhirat. Mereka yakin bahwa Islam adalah sistem operasional sekaligus spiritual. Islam menurut mereka adalah agama dan daulah, mushaf dan pedang. Dengan pemaharnan seperti itu, mereka tidak melupakan perkara ibadah dan tidak alpa dari menjalankan kewajibankewajiban terhadab Rabb-nya. Mereka berusaha untuk ihsandalam shalat, tilawah Al-Qur'an, dan berdzikir kepada-Nya sebagaimana yang telah diajarkan kepada mereka tanpa ditambah atau dikurangi, tidak dibuat-buat, dan tidak pula dipersulit. Mereka adalah orang-orang yang paling tahu tentang sabda Rasulullah saw., "Sesungguhnya agama ini kokoh, maka masukilah ia dengan lemah lembut..." Namun demikian, mereka tetap bisa mengambil bagian dari dunia dengan tidak mempengaruhi pencapaian keberhasilan akhiratnya. Mereka memahami Firman Allah, "Katakanlah, 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya urituk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik?" (AI-A'raf: 32) Ikhwan memahami bahwa sebaik-baik identitas untuk sebuah jamaah adalah identitas yang disandang oleh sahabat Rasulullah saw., yakni, "Layaknya pendeta di malam hari dan seperti penunggang kuda di siang hari ". Salah juga jika ada yang menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin apatis terhadap masalah kenegaraan dan Nasionalisme. Kaum muslimin adalah orang-orang yang paling ikhlas berkorban bagi negara, mau berkhidmat kepadanya, dan menghormati siapa saja yang mau berjuang dengan ikhlas dalam membelanya. Anda tahu sampai sebatas mana mereka paham tentang Nasionalime mereka dan kemuliaan macam apakah yang mereka inginkan untuk umatnya. Namun, perbedaan prinsip antara kaum muslimin dengan kaum yang lainnya dari para penyeru Nasionalisme murni adalah bahwa asas Nasionalisme Islam itu akidah islamiyah. Oleh karenanya, mereka pun beraktivitas untuk negara seperti Mesir, berjuang dan berkorban demi eksistensinya, dan bahkan banyak dari mereka yang gugur dalam perjuangan ini, karena bagi mereka Mesir adaiah bumi Islam dan tanah air bagi umatnya. Perasaan (anggapan) seperti ini tidak hanya terhadap Mesir saja, tapi juga untuk seluruh bumi Islam, untuk seluruh negeri kaum muslimin. Sementara penyeru Nasionalisme murni berhenti hanya sebatas negaranya saja. Ia tidak pernah merasakan adanya kewajiban membela negara kecuali sekedar taklid kepada pendahulu, atau ambisi ingin meraih popularitas, atau ingin mengejar prestise, atau kepentingan tertentu yang lain. Mereka berbuat bukan karena kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah atas hamba-hambaNya. Adapun pemahaman Ihkwanul Muslimin terhadap Nasionalisme, maka cukuplah anda mengetahuinya dengan membaca kalimat berikut. Mereka yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa mengabaikan sejengkal tanah milik seorang muslim yang terjajah itu adalah tindak kriminal yang tidak akan terampuni, sampai kita mau berbuat dan bisa mengembalikan kemerdekaanya, atau menghancurkan para perampasnya. Tidak ada keselamatan dari siksa Allah kecuali dengan cara ini. Salah besar jika ada yang menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin adalah para dai yang menyeru manusia kepada kemalasan dan keterlenaan. Ikhwan selau menyerukan di setiap kesempatan bahwa seozang muslim harus menjadi pelopor dalam segala sesuatu. Ikhwan tidak rela hidup tanpa qiyadah, tanpa amal, dan tanpa keunggulan dalam segala hal, baik dalam ilmu, kekuatan, kesehatan, maupun finansial, karena keterbelakangan dalam suatu sisi dari berbagai sisi yang ada itu akan membahayakan Fikrah kami dan -lebih dari itu- bertentangan dengan ajaran Islam. Kendati demikian, kami juga tidak mengingkari adanya watak materialis pada manusia, yang menjadikan mereka egois dan individualis. Mereka mencurahkan keahlian, waktu, dan potensinya untuk kepentingan dirinya sendiri. Maka masing-masing mereka tidak pernah berpikir untuk beramal bagi yang lainnya, dan sama sekali tidak memperhatikan kepentingan umatnya. Padahal Rasulullah saw. pernah bersabda, "Barangsiapa yang tidak memperhatikan perkara kaum muslimin, maka dia bukan golongan mereka." Sebagaimana beliau juga bersabda, "Sesungguhnya Allah menggariskan (untuk berbuat) Ihsan dalam segala hal." Tidak benar jika ada yang menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin adalah kumpulan para propagandis rasialisme yang membeda-bedakan status sosial di antara anggota masyarakat. Kami menyatakan bahwa Islam adalah agama yang sangat menekankan kepada pemeluknya untuk menghormati kesatuan kemanusiaan secara umum. Sebagaimana termaktub dalam firman Allah, "Hai Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal." (AI-Hujurat: 13) Islam datang untuk mewujudkan kebaikan bagi sekalian manusia dan sebagai rahmatan lil alamin. Dan agama yang demikian itu tentunya jauh dari membeda-bedakan hati dan membelah-belah dada. Dari sinilah Al-Qur'an datang untuk menegaskan kesatuan ini, sebagaimana dalam firman-Nya, "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun dari rasulrasul-Nya." (AI-Baqarah: 285) Islam telah mengharamkan permusuhan, sampai-sampai dalam keadaan marah dan benci sekalipun. Maka Allah swt. berfirman, "Dan jangan sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa." ( AI-Maidah: 8) Islam juga memerintahkan untuk berbuat baik (ihsan) antara sesama warga negara, meski berbeda ideologi dan agama. "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu." (AI-Mumtahanah: 8) Islam juga memerintahkan kepada kita untuk berbuat dan bermuamalah secara baik kepada orang-orang kafir dzimmi. Kami memahami ini semua, maka kami tidak pernah mengajak kepada perselisihan antar kelompok ataupun fanatisme golongan. Namun demikian kami juga tidak akan membeli kesatuan ini dengan iman kami, tidak akan melakukan tawar-menawar dalam masalah akidah untuk merealisasikannya, dan kami juga tidak akan pernah mengorbankan kemaslahatan kaum muslimin demi terwujudnya kesatuan yang semu. Kami hanya akan membeli kesatuan itu dengan kebenaran dan keadilan, dan cukuplah itu bagi kami. Maka barangsiapa yang berusaha dengan yang selain itu, niscaya kami akan menghentikannya dan akan kami jelaskan mengenai kesalahan yang dilakukannya. Sungguh kemuliaan itu bagi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Salah juga jika ada yang menduga bahwa Ikhwanul Muslimin itu bekerja untuk kepentingan salah satu lembaga atau sebagai underbouw dari salah satu jamaah yang ada. Para aktifis Ikhwan berbuat untuk meraih tujuan yang telah mereka yakini sesuai petunjuk dari Tuhannya. Dan petunjuk itu adalah Islam. Sementara pengikutnya ada di setiap waktu dan tempat. Mereka membelanjakan apa yang telah dirizkikan Allah kepada mereka, semata-mata untuk mencari ridha-Nya. Mereka bangga bahwa hingga saat ini mereka tidak pernah menadahkan tangan untuk meminta bantuan kepada orang lain, dan tidak pernah memohon pertolongan kepada pihak luar, baik individu ataupun lembaga. Wahai pemuda! Di atas kaidah-kaidah yang kokoh dan kepada nilai-nilai ajaran yang tinggi inilah kami mengajak kalian semua. Jika kalian yakin dengan kebenaran fikrah kami, mau mengikuti langkah-langkah kami, bersedia meniti jalan Islam yang hanif bersama kami, rela melepaskan segala jenis fikrah yang selainnya, serta mau memperjuangkan keyakinan dengan semua potensi yang kalian miliki, maka cukuplah hal itu menjadi kebaikan kalian di dunia dan di akhirat. Dan insya Allah dengan perantaraan kalian, Allah akan mewujudkan sesuatu yang pernah diwujudkan pada masa generasi pendahulu kalian, pada periode awal dari perjalanan umat ini. Setiap aktifis dari kalian yang jujur di medan Islam akan mendapati apa yang membuat ia rela akan cita-citanya dan mau sibuk dengan aktifitasnya, jika ia adalah orang-orang yang jujur Adapun jika kalian menolak, bersikap plin-plan, meragukan, dan bimbang di antara isme-isme yang penuh syubhat dan sistemsistem yang telah nyata-nyata gagal, maka sesungguhnya barisan Allah akan tetap berlalu tanpa harus dipusingkan oleh sedikit atau banyaknya jumlah. "Dan tiadalah kemenangan itu kecuali dari sisi Allah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." IKHWANUL MUSLIMIN DI BAWAH NAUNGAN PANJI AL- QUR'AN Kepada para pemuda yang merindukan lahirnya kejayaan... Kepada umat yang tengah kebingungan di persimpangan jalan... Kepada para pewaris peradaban yang kaya raya, yang telah menggoreskan catatan membanggakan di lembar sejarah umat manusia... Kepada setiap muslim yang yakin akan masa depan dirinya sebagai pemimpin dunia dan peraih kebahagiaan di kampung akhirat... Kepada mereka semua kami persembahkan risalah ini. RISALAH IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA Adalah sebuah risalah masa lalu yang penuh kobaran semangat jihad, untuk generasi hari ini yang tengah bergejolak dan dilanda kegelisahan... Sebuah bekal hari ini yang sarat tuntutan, untuk masa depan yang penuh cahaya... Wahai para pemuda, wahai mereka yang memiliki cita-cita luhur untuk membangun kehidupan... Wahai kalian yang rindu akan kemenangan agama Allah... Wahai semua yang turun ke medan, demi mempersembahkan nyawa di hadapan Tuhannya... Di sinilah petunjuk itu, di sinilah bimbingan... Di sinilah hikmah itu, di sinilah kebenaran... Di sini kalian dapati keharuman pengorbanan dan kenikmatan jihad... Bersegeralah bergabung dengan parade bisu... Untuk bekerja di bawah panji penghulu para nabi... Untuk menyatu dengan pasukan Ikhwanul Muslimin... "Sehingga tidak ada lagi fitnah di muka bumi dan agama seluruhnya milik Allah." Ikhwanul Muslimin Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga, dan para shahabatnya. Kami ucapkan salam Islam, salam dari sisi Allah yang penuh berkah dan kebaikan, "Assalaamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh." Wahai Ikhwanul Muslimin! Wahai umat manusia seluruhnya. Suara jeritan ini; yang berkumandang dari relung tragedi kemanusiaan yang getir dan memilukan; yang lahir dari rahim kegelapan zaman ini, di arus kehidupan yang memancar dari teriakan prihatin seluruh alam; yang dibawa oleh gelombamg lembut menyelusup ke berbagai penjuru kehidupan; yang dapat mematikan secara mengejutkan segala impian, janji-janji, dan fenomena yang menipu serta penuh kepalsuan; Mendorong kita untuk terjun dengan dakwah ini dakwah yang tenang, namun lebih gemuruh dari tiupan angin topan yang menderu... dakwah yang rendah hati, namun lebih perkasa dari keangkuhan gunung yang menjulang... dakwah yang terbatas, namun jangkauannya lebih luas dari belahan bumi seluruhnya... Ia sepi dari perilaku yang menipu, dan gemerlap yang penuh dusta. Sebaliknya, ia dikemas oleh keagungan hakikat, keindahan wahyu, dan pemeliharaan Allah. Ia bersih dari berbagai kerakusan nafsu dan kepentingan pribadi. Oleh karenanya, ia mampu melahirkan putra-putra generasi yang percaya padanya dan tulus bekerja untuknya; yang memandu tertegaknya bangunan di bawah naungan dakwah yang pertama... Wahai Ikhwanul Muslimin! Wahai manusia seluruhnya. Dengarlah suaranya yang bergemuruh, yang disambut oleh seruan para da'i setelahnya sebagaimana teriakan dakwah sebelumnya: "Wahai yang berselimut, bangun dan berilah peringatan. Dan Tuhanmu maka agungkanlah." Bersamaan dengan itu berkumandang pula firman-Nya, "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (AI-Hijr: 94) Dan wahyu senantiasa menyeru seluruh umat manusia dengan seruan, "Katakanlah, 'Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; Tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan,' maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi yang ummi, yang beriman kepada Allah dan kepada kalimatkalimat-Nya (Kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk." (AI-A'raf: 158) Di mana posisi kita berhadapan pesan-pesan Islam ini? Wahai Ikhwanul Muslimin! Wahai manusia seluruhnya. Sesungguhnya Allah swt. telah membangkitkan untukmu seorang pemimpin, telah menggariskan bagimu aturan, telah menjelaskan kepadamu hukum-hukum, menurunkan untukmu sebuah Kitab, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, membimbingmu menuju kebaikan dan kebahagiaan, serta menunjukimu ke jalan yang lurus. Adakah kamu telah mengikuti pemimpin itu, kamu hormati aturannya, kamu praktekkan hukum-hukumnya, dan kamu sakralkan Kitab yang dibawanya? Sudahkah kamu halalkan yang ia halalkan dan kamu haramkan yang ia haramkan? Berterus teranglah dalam menjawab pertanyaan tersebut, niscaya akan kamu jumpai hakekat yang jelas di hadapanmu. Seluruh aturan yang engkau jadikan pijakan dalam setiap urusan hidupmu adalah aturan buatan manusia belaka; yang tidak ada hubungannya dengan Islam; tidak digali dari sumber nilai Islam dan tidak pula disandarkan kepadanya. Undang-undang yang mengatur urusan dalam negerimu, peraturan yang mengatur hubungan negaramu dengan negara lain (baik bilateral maupun multilateral), undang-undang peradilan, undang-undang pertahanan keamanan dan militer, sistem ekonomi (baik menyangkut ekonomi negara maupun personal), sistem pendidikan, bahkan undang-undang perkawinan dan kerumahtanggaan serta sistem perilaku personal, juga mentalitas umum para pejabat dan rakyat serta berbagai fenomena kehidupan yang dilahirkannya, semua itu adalah sistem dan undang-undang yang jauh dari nilai-nilai Islam. Apa Lagi yang Masih Tersisa Lihatlah masjid-masjid itu, yang megah dan indah, dia dipenuhi oleh orang-orang lemah dan renta, yang menunaikan rakaat shalatnya tanpa muatan ruh dan kekhusyukan, kecuali sedikit dari padanya yang mendapat hidayah Allah. Sedangkan hari-hari puasa mereka setiap tahun tidak lebih dari sekedar saat-saat bermalasan dan berhari libur, serta saat untuk memanjakan makan dan minum di malam harinya. Sedikit sekali dari mereka yang memperoleh pembaharuan ruh iman dan penyucian hati dengan puasanya. "Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan amat sedikitlah mereka itu..." (Shaad: 24) Lalu berbagai penampilan yang menipu seperti pakaian, kopyah, tasbih dengan berbagai asesorisnya, jenggot yang menjuntai panjang, sorban yang membalut sekujur badan, kata-kata agamis yang diucapkan.... Apakah hanya sebatas itu hakekat Islam yang diinginkan Allah. Hanya sebatas itukah Islam yang diturunkan sebagai rahmat yang agung dan anugerah yang besar bagi seluruh alam? Apakah seperti ini hidayah yang dibawa oleh Muhammad saw., yang dengannya hendak dikeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya? Itukah hakekat syari'at Al-Qur'an yang akan mengobati penyakit umat manusia dan menyelesaikan persoalan mereka, yang telah meletakkan sistem nilai yang cermat dengan akarnya yang kokoh- untuk melakukan perbaikan? Gelombang Taklid Kepada Barat Wahai Ikhwanul Muslimin! Wahai umat manusia seluruhnya. Kita harus memahami bahwa sebuah gelombang peradaban yang siap menghempaskan dan arus pemikiran yang siap melemparkan telah mengharu-biru akal pikiran manusia, yang membuatnya lalai dan terpedaya, hingga jatuh tersungkur dalam kubangan kenikmatan semu. Berbagai faham dan aliran bangkit dengan seruannya, beragam filsafat pemikiran dan sistem nilai dimunculkan, berbagai bangunan peradaban ditegakkan, semua ini bersatu dalam rangka menghadapi arus Islam yang telah mengaliri jiwa putra-putranya. Mereka bersatu untuk memperdayakan umat di tempat tinggalnya sendiri, mengepung mereka dari segala penjuru, merasuki negeri dan rumah-rumah mereka, bahkan menguasai hati, nalar, dan perasaan mereka. Mereka menyiapkan segala daya dan upaya yang dapat memperdaya umat dengan kekuatan dan kekuasaannya, dengan suatu upaya yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Ia hancur luluhkan umat Islam hingga akar-akarnya, dan ia pecundangi berbagai negeri yang dahulu pernah cemerlang di bawah panji Daulah Islam. Dan ini semua memberi pengaruh yang amat nyata, sehingga lahirlah generasi yang gersang dan papa, yang lebih akrab dengan nilai-nilai di luar Islam daripada dengan miliknya sendiri. Mereka lalu menempati posisi-posisi penting sebagai pengendali urusan umat, mereka menduduki posisi terhormat dalam urusan pemikiran dan politik, maupun moral dan agama. Bahkan banyak diantaranya yang menduduki lembaga eksekutif. Lalu mereka mendorong umat untuk bekerja memenuhi apa yang menjadi ambisi dan obsesinya, padahal dirinya tidak tahu persis apa yang dimauinya dan apa pula yang menjadi orientasi hidupnya. Akhirnya, berkumandanglah suara propagandis yang menyeru kepada pemikiran toghut: Jika kalian melepaskan sisa-sisa semangat Islam kalian, kalian terima dengan lapang dada tawaran untuk merengkuh nikmat hidup ini dengan segala harga, pola pikir dan fenomenanya, kalian lemparkan jauh-jauh pola pikir kuno yang ada di kepala dan benak kalian dengan tulus hati, tidak munafik dan menipu, maka hakikatnya kalian telah berperilaku sebagaimana orang-orang barat namun mulut kalian tetap bersuara sebagaimana orang-orang muslim. Sesungguhnya kita mengetahui bahwa kita telah jauh dari hidayah dan akar pemikiran Islam. Sebenarnya Islam tidak menolak untuk memetik kemanfaatan dan hikmah dari mana pun datangnya, namun ia menolak tegas jika harus menyerupakan segala sesuatunya dengan hal yang di luar Islam, atau melemparkan aqidah, kaidah-kaidah hukum, serta pemikiran Islam, untuk kemudian membeo di belakang masyarakat yang telah terperdaya oleh dunia dan terperangkap oleh tipu daya syetan. Sungguh, ilmu pengetahuan telah maju, ketrampilan telah canggih, pemikiran telah berkembang, harta berceceran dan dunia gemerlapan dan umat manusia pun tenggelam dalam lautan kenikmatan. Namun demikian, apakah ini semua mendatangkan kebahagiaan hakiki bagi mereka? Apakah itu semua menciptakan rasa aman pada hidup mereka? Atau, apakah ini semua membawa jiwa mereka menuju ketenangan dan kedamaian yang sejati? Apakah setiap orang telah menikmati saat tidurnya? Apakah air mata derita manusia benar-benar tiada lagi menetes? Apakah kejahatan telah diperangi sehingga masyarakat telah aman daripadanya? Apakah berjuta fakir miskin telah benar-benar dapat mencukupi kebutuhan perutnya yang dililit rasa lapar? Apakah berbagai tempat hiburan dan kesenangan yang telah memenuhi setiap tempat benar-benar telah menghibur mereka yang didera derita hidup terus-menerus? Apakah masyarakat telah benar-benar mencicipi hidangan ketenangan dan kedamaian, dan telah aman dari perilaku orang-orang aniaya? Wahai manusia, sedikit pun tidak mereka dapatkan semua itu. Jika demikian, lalu apa keistimewaan peradaban ini dibanding dengan peradaban yang lain? Dan bukan itu saja. Tidakkah kita melihat bahwa sistem hukum, sistem pendidikan, dan akar filsafat mereka, bahkan paradigma ilmu pengetahuan yang mereka bangun serta angka-angka yang mereka ciptakan terdapat sesuatu yang paradoks antara satu bagian dengan bagian lainnya. Dan tidakkah kita mengamati bahwa berbagai eksperimen yang telah meminta korban yang besar dan waktu yang panjang berujung pada kegagalan yang pahit, keputusasaan dan penderitaan? URGENSI KEBERADAAN KITA Lantas apa urgensi keberadaan kita wahai Ikhwanul Muslimin? Secara umum dapat dikatakan bahwa kita berhadapan dengan gelombang materialisme, yang berupa kebangkitan sektor materi dan peradaban kelezatan serta syahwat, yang mana ia telah memerosotkan moral bangsa-bangsa Islam, menjauhkan mereka dari kepemimpinan Nabi saw. dan hidayah Qur'an, menghalangi dunia dari bimbingannya, menarik mundur peradabannya ke masa ratusan'tahun silam sehingga kita terbelenggu di negeri sendiri dan membiarkan masyarakat bergulat dengan derita. Kita tidak boleh tinggal diam di hadapan ini semua, namun harus kita hadapi mereka di tempatnya dan siap bertempur di bumi mana ia bercokol, hingga dunia seluruhnya menyuarakan dakwah atas nama Nabi saw. dan menanamkan keyakinan kepada semua bangsa terhadap nilai-nilai Islam. Dengan demikian, terkembanglah payung Islam mengayomi seluruh bumi. Ketika itulah impian setiap muslim terwujud. Tidak ada lagi fitnah dan agama seluruhnya hanya milik Allah. "Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari kemenangan itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Mahaperkasa lagi Ma~ha Penyayang." (Ar-Ruum: 30) Itulah urgensi keberadaan kita secara umum. Adapun dalam tataran praktis, kita ingin menegakkan nilai-nilai Islam di negeri Mesir terlebih dahulu, karena ia berada di barisan depan di antara berbagai bangsa Islam dan masyarakatnya. Setelah itu baru ditegakkan di negara-negara lainnya. Menegakkan sistem perundangan dalam negeri, sebagai perwujudan firman Allah, "Dan hendaklah kamu meutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang diturunkan Allah kepadamu..." (Al-Maidah: 49) Menegakkan sistem perundangan yang mengatur hubungan negara dengan berbagai bangsa di dunia, untuk mewujudkan firman Allah, "Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) . umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.." (Al-Baqarah: 143) Menegakkan hukum peradilan yang berpijak pada ayat Qur'an, "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak berimaw hingga mereka menjadikan kami hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa daiam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An-Nisa: 65) Menegakkan sistem perundangan pertahanan dan keamanan serta militer, untuk merealisasi anjuran sikap siaga menghadapi perintah yang tertuang dalam Qur'an, "Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah" (At-Taubah: 41 ) Menegakkan sistem ekonomi yang mandiri untuk mengatur kekayaan alam dan harta benda, baik bagi negara maupun pribadi warganya. Hal ini berpijak pada firman Allah, "Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang tidak sempurna akalnya harta yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.." (An-Nisa: 5) Menegakkan sistem pendidikan dan pengajaran dalam rangka memberantas kebodohan, sesuai dengan pesan Ilahi dalam Qur'an, "Bacalah dengan menyebut Nama Tuhanmu yang menciptakan." (Al-'Alaq: 1) Menegakkan undang-undang keluarga dan kerumahtanggaan untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi pendidikan anak di rumah, baik putra maupun putri. Hal ini sebagai realisasi firman Allah, "Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..." (At-Tahrim: 6) Menegakkan sistem perundangan yang mengatur perilaku individu untuk mewujudkan keberhasilan hidup yang dicitacitakan, sesuai dengan isyarat Qur'an, "Telah beruntung orang yang mensucikan dirinya." (Asy-Syams) Menegakkan iklim positif secara umum untuk melindungi setiap pribadi masyarakat, baik pejabat maupun rakyat, dengan berpijak pada firman-Nya, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kehidupan duniawi, dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini.." (Al-Qashash: 77) Dengan tegaknya itu semua, kita menginginkan terwujudnya: Pribadi muslim .. Rumah tangga muslim .. Masyarakat muslim .. Pemerintah muslim .. Dan suatu negara yang mengayomi negeri-negeri Islam, menghimpun berbagai keanekaragaman kaum muslimin, menyiapkan kejayaan masa depan mereka, mengembalikan buminya yang hilang dan berjuang mendapatkan kembali tanah air mereka yang terampas. Lalu ia panggul panji jihad dan bendera dakwah ilallah hingga dunia seluruhnya damai di bawah naungan Islam. Banyak orang akan mengatakan ungkapan yang serupa ini. Yang demikian itu bisa dimaklumi, karena mereka telah putus asa akan nasib dirinya dan telah putus asa akan terjalinnya hubungan dengan Yang Mahakuat dan Maha Menentukan. Akan halnya kami, tidaklah demikian BEKAL KAMI Wahai sekalian manusia! Inilah tujuan kami, dan inilah manhaj kami. Lantas apa bekal kami untuk mewujudkan manhaj ini? Bekal kami adalah bekal yang juga dimiliki para pendahulu kami. Dia adalah senjata yang pernah dipakai untuk memerangi dunia oleh pemimpin dan teladan kami: Muhammad Rasulullah saw. dan para shahabatnya. Dengan kelangkaan bilangan dan sedikitnya bekal namun ditopang oleh kesungguhan yang agung. Itu pula senjata yarig akari kami pergunakan untuk memerangi dunia ini kembali. Mereka telah beriman dengan sedalam-dalamnya, sekuatkuatnya, sesuci-sucinya dan seabadi-abadinya iman. Iman kepada Allah, pertolongan, dan dukungan-Nya. "Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan kamu..." (Ali Imran: 160) Iman kepada panglimanya, beserta ketulusan hati, dan kepemimpinannya. "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu..." (Al-Ahzab: 21 ) Iman kepada sistem dengan keistimewaan dan keunggulannya. "Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan..." (Al-Maidah: 16) Iman kepada pesaudaraan dengan hak dan kewajiban serta kesuciannya. "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara..." (Al-Hujurat: 49) Iman kepada balasan akhirat dengan keagungan dan kelipatannya. "...Yang demikian itu adalah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak pula menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orangorang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." (At-Taubah: 120) Iman kepada keberadaan diri mereka sendiri, yakni sebagai jamaah yang dipilih oleh takdir untuk berperan menyelamatkan alam semesta ini, yang telah mendapatkan keutamaan dengan perannya ini dan jadilah mereka sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia seluruhnya. Mereka telah mendengar panggilan iman, lalu mereka pun beriman. Kita berharap bahwa Allah swt. berkenan menanamkan rasa cinta kepada iman ini dan menjadikannya sebagai hiasan di hati, sebagaimana Ia telah menganugerahkan hal yang sama kepada para pendahulu kita. Iman Adalah Bekal Utama Kami Mereka telah mengetahui dengan pengetahuan yang sebenar-benarnya dan sekuat-kuatnya bahwa dakwah mereka tidak akan memperoleh kemenangan kecuali dengan jihad, kesungguhan, dan pengorbanan jiwa raga. Maka mereka pun persembahkan jiwa dan raganya. Mereka berjihad dengan sebenar-benar jihad dan menyambut seruan Dzat Yang Maha Rahman kepada mereka, "Katakanlah, 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cinati daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.."' (At-taubah: 24) Maka begitu mereka mendengar peringatan, mereka lari meninggalkan segalanya dengan jiwa yang bersih dan kalbu yang ridha. Mereka bersuka cita dengan janji setia yang telah mereka ikrarkan kepada Allah. Salah satu dari mereka memeluk akrab kematian sambil bergumam, "...Menuju keharibaan Allah tanpa bekal." Salah satu dari mereka mempersembahkan seluruh hartanya sembari berkata, "Untuk keluarga saya sisakan Allah dan Rasul-Nya." Satu lagi dari mereka bahkan bersenandung tatkala pedang musuh telah menempel di lehernya, Dan aku pun tiada peduli tatkala terbunuh sebagi muslim Dalam keadaan bagaimana jua pangkuan Allah lah tempat robohku Demikianlah, mereka adalah orang-orang yang gigih perjuangannya, besar pengorbanannya, dan luas persembahannya. Demikian juga yang kita inginkan. jihad Adalah Bekal Kami Juga Setelah itu semua kami persembahkan, kami percaya sepenuhnya akan pertolongan Allah, dan kami yakin atas dukungan-Nya. "Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan." (AI-Hajj: 40) Antara Hayalan dan Kenyataan Orang-orang yang mendengar uraian ini akan berkata bahwa itu adalah hayalan dan impian belaka. Bagaimana mungkin orang-orang yang tidak memiliki kekuatan apapun kecuali iman dan semangat jihad dapat mengalahkan kekuatan raksasa yang memiliki senjata beranekaragam? Bagaimana mungkin mereka dapat menembus jantung pertahanan musuhnya padahal ia berada di antara dua taring harimau? Banyak orang akan mengatakan ungkapan yang serupa ini. Yang demikian itu bisa dimaklumi, karena mereka telah putus asa akan nasib dirinya dan telah putus asa akan terjalinnya hubungan dengan Yang Mahakuat dan Maha Menentukan. Akan halnya kami, tidaklah demikian keadaannya. Kami tegaskan bahwa ia adalah kenyataan yang kami yakini wujudnya dan tengah kami perjuangkan tegaknya. Kami merenungi firman Allah swt., "Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan sebagaimana kamu menderitanya, sedangkan kamu berharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.." (An-Nisa: 104) Sesungguhnya para pendahulu kami, yang telah membebaskan berbagai wilayah bumi dan telah Allah swt. kokohkan kedudukanriya, tidaklah besar bilangan personilnya dan tidak pula melimpah bekal persiapannya, namun mereka beriman dengan sungguh-sungguh dan berjihad. Dan hari ini kami akan kalkulasi diri dengan penuh optimisme sebagaimana Rasulullah saw. mengkalkulasi pada suatu hari, tatkala beliau bersabda, "Berilah Khubbaib kabar gembira akan munculnya kemenangan ini sehingga seorang pengembara berjalan dari Adn ke Amman tidak merasa takut kecuali kepada Allah, dan domba pun aman di hadapan serigala." Padahal ketika itu mereka masih bersembunyi. Sebagaimana suatu hari beliau menjanjikan kemenangan kepada Suraqah bin Malik, mahkota salah seorang petinggi Kisra. Padahal beliau ketika itu berhijrah dengan agamanya tanpa bekal sesuatu pun kecuali Allah dan sahabatnya (Abu Bakar). Dan sebagaimana beliau berteriak suatu hari tatkala menyaksikan istana putih Romawi, padahal ketika itu ia dikepung pasukan musyrikin di Madinah dengan tentaranya dari segala penjuru, "...Dan tatkala tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan.." (Al-Ahzab: 10) Lalu Apa Lagi Setelah Itu? Setelah itu semua, kita menyaksikan telinga zaman dengan khusyuknya mendengarkan dakwah Rasulullah saw., lisan sejarah pun menggemakan suara ayat-ayat suci Al-Qur'an, maka menyemburatlah mentari hidayah dari kalbu para sahabat dan pengikutnya di setiap tempat, besinarlah cahayanya menerangi alam, semerbaklah harum bunga kedamaian menghiasi dunia, dan manusia pun dapat menikmati manisnya kebahagiaan lan taran keadilan hukum. Rakyat merasakan aman sentausa bernaung di bawah payung generasi awal ini, yakni murid-murid Muhammad saw., maka direbutlah kemudian istana Romawi, tunduk pula bersamanya kota-kota di Persia. Lalu bumi dipenuhi dengan bentangan ajarannya. Tunduklah ia untuk menerima petunjuk yang menyelamatkan. Nafas kenabian mengalirinya berpadu dengan wahyu Ilahi yang suci, sehingga Rahmat Allah meliputinya dari segala penjuru. "Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. Dan la menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraidhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan adalah Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu." (Al-Ahzab: 26) Wahai manusia, kami akan mempersiapkan diri dengan bekal ini, dan kami akan memperoleh kemenarigan sebagaimana yang diperoleh para pendahulu kami di saat yang lalu. Tiada kemenangan kecuali dari sisi Allah Yang Perkasa lagi Bijaksana. Dan Allah akan mewujudkan janji-janji-Nya kepada kami: "Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)." (Al-Qashash: 5) "Maka bersabarlah kamu, sesungguhnyajanji Allah adalah benar dan sekali-kali jariganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu." (Ar-Ruum: 30) Seandainya Kita Memiliki Pemerintahan Seandainya kita memiliki pemerintahan Islam yang sebenarnya, yang dilandasi kebenaran iman, yang mandiri pola pikir dan aplikasinya, yang menghargai kebenaran ilmu dan melimpah ruahnya harta kekayaan yang dimiliki, yang menghargai keagungan sistem nilai Islam yang diwarisi, dan yang percaya bahwa ia merupakan obat bagi derita masyarakatnya dan petunjuk bagi manusia seluruhnya, niscaya kita dapat menuntutnya untuk menegakkan dunia ini atas nama Islam. Kemudian kita mempersilakan berbagai bangsa untuk melakukan studi dan observasi atasnya, kita tunjukkan bangunan umat kepada mereka dengan dakwah yang terus menerus, dengan pembicaraan yang argumentatif serta pengiriman duta-duta terbaiknya secara berkala, juga cara-cara lainnya. Dengan demikian jadilah wilayah ini titik sentral di tengah berbagai bangsa, baik secara politik, moralitas maupun aktivitas sosial lainnya. Ia pun dapat melakukan pembaharuan terhadap dinamika masyarakat, memberi dorongan kepada mereka untuk meraih kejayaan dan menggapai sinar terang di masa datang, dan menanamkan semangat serta kesungguhan dalam bekerja. Adalah sangat mengherankan, sebuah faham seperti Komunisme memiliki negara yang melindunginya, yang mendahwahkan ajarannya, yang menegakkan prinsip-prinsipnya, dan menggiring masyarakat menuju ke sana. Demikian juga Fasisme dan Nazi. Keduanya memiliki bangsa yang mensucikan ajarannya, berjuang untuk menegakkannya, menanamkan kebanggaan kepada para pengikutnya, menundukkan seluruh ideologi bangsa-bangsa untuk mengekor kepadanya. Dan lebih mengherankan lagi kita dapati berbagai ragam ideologi sosial dan politik di dunia ini bersatu untuk menjadi pendukung setianya. Mereka perjuangkan tegaknya dengan jiwa, pikiran, pena, harta benda, dan kesungguhan yang paripurna; hidup dan mati dipersembahkan untuknya. Namun sebaliknya, kita tidak mendapatkan tegaknya suatu pemerintah Islam yang bekerja untuk menegakkan kewajiban dakwah kepada Islam, yang menghimpun berbagai sisi positif yang ada di seluruh aliran ideologi dan membuang sisi negatifnya. Lalu ia persembahkan itu kepada seluruh bangsa sebagai ideologi alternatif dunia yang memberi solusi yang benar dan jelas bagi seluruh persoalan umat manusia. Padahal syari'at Islam menetapkan bahwa dakwah adalah kewajiban mutlak, wajib atas seluruh kaum muslimin, baik sebagai bangsa maupun sebagai kelompok kecil, jauh sebelum semua ideologi tadi diciptakan dan sebelum diketahui bahwa di sana ada sistem dakwahnya. "Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran: 104) Akan tetapi, di mana gerangan para pemimpin negeri kita ini? Mereka semua telah dididik di sarang pendidikan asing, mereka telah tunduk kepada pola pikirnya, mereka demikian antusias rriengikuti jalan hidupnya, dan mereka berlomba menjilat untuk mendapatkan keridhaannya. Tidaklah berlebihan kiranya jika kami katakan bahwa gagasan-gagasan mandiri dalam mengurus berbagai persoalan dan aktivitas, tidak lahir dari benak mereka sendiri, apalagi lahir dari sistem nilainya. Sebenarnya telah kami tawarkan keinginan ini kepada banyak pemimpin di Mesir. Namun sebagaimana biasa, mereka tidak menyambutnya dengan antusias dan tidak memberi pengaruh sedikitpun pada aktivitas mereka. Orang-orang yang jiwanya, rumah tangganya serta urusan hidupnya, baikyang pribadi maupun sosial telah kehilangan ruh Islamnya, tentu tidak mampu mengalirkannya kepada orang lain, tidak kuasa untuk menyerukan nilai-nilai dakwah yang bertentangan dengan sasaran yang diseru. Sebuah ungkapan mengatakan, "Orang yang tidak memiliki sesuatu tidak dapat memberikannya." Memang bukan itu urgensi keberadaan mereka, wahai Ikhwan. Suatu eksperimen telah membuktikan bahwa mereka tidak berdaya sama sekali dalam mengemban tugas ini. Oleh karenanya, ini menjadi tugas generasi baru. Perbaikilah aktivitas dakwahmu kepada mereka, bersungguhsungguhlah dalam melakukan pembinaan, ajarilah mereka akan kemandirian jiwa dan hati, kemandirian pemikiran dan penalaran, dan kemandirian kerja dan jihad. Penuhilah-jiwa mereka yang enerjik dengan keagungan Islam dan keindahan Qur'an, dan gemblenglah mereka di bawah kibaran panji Muhammad saw Niscaya tidak lama lagi kalian akan menyaksikan munculnya seorang pemimpin Islam, yang siap berjuang memerangi aib dirinya dan siap menciptakan kebahagiaan bagi orang lain. Karakter Pola Pikir Kami Wahai Ikhwanul Muslimin! Wahai manusia seluruhnya. Kami bukan partai politik, meskipun politik sebagai salah satu pilar Islam adalah prinsip kami. Kami bukan yayasan sosial dan perbaikan, meskipun kerja sosial dan perbaikan adalah bagian dari maksud besar kami. Kami bukan klub olah raga, meskipun olah raga dan olah rohani menjadi salah satu perangkat terpenting kami. Kami bukan kelompok-kelompok macam itu semua, karena itu semua diciptakan untuk tujuan parsial dan terbatas, untuk masa yang terbatas pula. Bahkan terkadang tidak dibuat kecuali sekedar menuruti perasaan sesaat; ingin membuat organisasi, lalu dihias dengan berbagai slogan dan sebutan kelembagaan yang muluk-muluk. Namun wahai sekalian manusia, kami adalah pemikiran dan akidah, hukum dan sistem, yang tidak dibatasi oleh tema, tidak diikat oleh jenis suku bangsa, dan tidak berdiri berhadapan dengan batas geografis. Perjalanan kami tidak pernah berhenti sehingga Allah swt. mewariskan bumi ini dengan segala isinya kepada kami, karena ia adalah sistem milik Rabb, Penguasa alam semesta, dan ajaran milik rasul-Nya yang terpercaya. Bukan sombong, kami inilah, wahai sekalian manusia, pemegang tongkat estafet panji Islam sesudahnya. Kami angkat benderanya tinggi-tinggi sebagaimana para shahabat mengangkatnya, kami kibarkan dan kami sebar luaskan ia sebagaimana mereka menyebar luaskannya, kami jaga Qur'annya sebagaimana mereka menjaganya, dan kami diberi janji kemenangan sebagaimana mereka diberinya. Kami inilah rahmat Allah urituk seluruh alam. "Dan sungguh engkau pasti mengetahui beritanya beberapa saat lagi." Wahai Ikhwanul Muslimin .. Itulah posisi kalian, janganlah kalian kecilkan arti dirimu, dengan membanding-bandingkan diri dengan orang lain, janganlah kalian tempuh jalan bukan Islam dalam dakwahmu, janganlah kalian ukur dakwahmu, yang cahayanya diambil dari cahaya Allah dan sistemnya dari sistem yang dibawa Rasulullah, dengan dakwah lain yang munculnya lantaran kebutuhan sesaat dan lalu sirna ditelari masa dan berbagai peristiwa. Kalian telah berdakwah dan telah pula berjihad. Dan kalian telah menyaksikan buah dari kesungguhan kalian yang besar ini. Dengarlah, suara dakwah menggema, menyeru kepada kepemimpinan Rasulullah saw. dan keunggulan undang-undang Qur'an, menyeru kepada kebangkitan untuk berkarya dan memurnikan tujuan hanya untuk Allah swt. semata. Lihatlah, darah telah mengalir di jalan Allah dari para pemuda yang suci dan mulia, dan lihatlah pula semangat untuk meraih syahadah (mati syahid) di jalan Allah telah berkobar. Ini semua adalah keberhasilan. Sebuah keberhasilan yang lebih besar dari sekedar apa-apa yang kalian nantikan. Maka teruskan perjuanganmu, berkaryalah secara nyata, Allah selalu bersamamu, sedangkan amalmu sekali-kali tidaklah sia-sia. Barang siapa bergabung bersama kami hari ini, ia telah beruntung sebagai pendahulu. Dan barang siapa masih enggan bersama kami hari ini, padahal ia seorang yang berhati ikhlas, ia akan bersama kami esok hari. Yang lebih dahulu tentu lebih utama. Sedangkan barangsiapa yang berpaling dari dakwah kami, baik karena tidak punya perhatian, atau karena sombong, atau karena meremehkan, atau karena tidak yakin dengan kemenangannya, maka hari-hari mendatang akan membuktikan bahwa dirinya salah besar, dan Allah swt. akan melempar kebatilannya dengan kebenaran kami lalu Dia hancurkan kebatilan itu dan lenyaplah akhirnya. Marilah bersama kami, marilah bersama kami, wahai para aktifis dakwah dan para mujahid yang ikhlas. Di sinilah jalan lurus itu, di sini pula arah yang Iempang, maka janganlah kau bagi-bagi kekuatan dan kesungguhanmu hingga tercecer. "Dan sesungguhnya, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu ikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalanjalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah agar kamu bertaqwa." (Al-An'am: 153)

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Al IMAM AL BANNA….Memperingati Hari Kesyahidannya

Hari Rabu yang lalu 12 Feb 1997 merupakan tarikh syahidnya Imam al Banna yang cemerlang kehidupannya yang “pendek tetapi panjang” (1906 - 1949) rahimahullahutaala dengan asasnya yang kuat semenjak kecil, pembentukkannya yang tinggi, pembinaannya yang bertambah kemuncak dari hari kehari bahkan detik demi detik. Pembinaan dakwah berlaku melalui tangannya, sebagai satu gambaran dari seluruh kegiatannya yang tertegak di atas kefahaman yang luas dan mendalam, yang disandarkan kepada keikhlasan yang mendalam, ketepatan yang unggul dalam usaha untuk merealisasikan amalan yang tersusun (berorganisasi) dan lantas melaksanakannya. Justru itu maka telah terkumpullah untuk dakwah ini rukun-rukun kejayaan yang terpenting dan terlaksanalah baginya ufuk-ufuk penyebaran perkembangan, dan kaedah-kaedah tajdid (reformasi), bahkan ianya satu ijtihad yang jitu. Di antara tanda-tanda yang paling nyata yang telah dibentangkan dengan jayanya dalam kehidupan al Imam al Mujaddid ini adalah seperti berikut: 1. Gerakan Yang Meluas Lagi Cemerlang Al Imam telah menyempurnakan gerakannya ke negara-negara, ke pelosuk kampung, ladang, masjid, bahkan ke kedai-kedai kopi serta di tempat perkumpulan orang ramai. Dan maklumat hal ihwal keadaannya memanifestasikan sabda Rasulullah saw “biarkan aku dengan manusia”. Maka beliau telah mendatangi 3,000 kampung ataupun lebih sebagai penceramah, jurubicara dan penasihat yang cemerlang. Membangkitkan manusia dari tidur mereka, memperbaharui harapan di dalam diri dan pemimpin mereka. Beliau berhubung dengan pemimpin tanpa mengabaikan golongan bawahan. Beliau juga menyeru syeikh dan para ulama ke arah asas kefahaman yang baru kepada Islam yang ditegakkan di atas prinsip-prinsip yang jelas. Beliau tidak mengabaikan masyarakat umum, begitu juga beliau memberikan tumpuan kepada pemuda/remaja bahkan berusaha menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sukar dengan berperingkat-peringkat serta penguasaan. Adapun tumpuannya daerah setempat adalah Mesir dan tumpuannya yang secara lebih luasnya adalah kepada dunia Arab dan Islam. Manakala tumpuannya yang universal dan terbesar adalah kemanusiaan dan Ustaziatul `alam (orde dunia), sehingga semuanya dinetralkan lalu menjadi suatu tumpuan sahaja tetapi mengandungi berbagai-bagai aspek. 2. Tidur Yang Sedikit. Adapun waktu menurut beliau adalah kehidupan dan waktu pada fahamannya tidak terhenti kepada batas-batas material yaitu emas semata-mata. Beliau juga tidak bersikap birokratik dari segi kedudukan pangkat dan jawatan, bahkan ia tidak mensia-siakan walau satu detik kehidupannya pada perbualan kosong dan terlalu banyak soal jawab terutamanya pada perkara yang tidak mempunyai apa-apa kelebihan. Beliau begitu asyik dengan dakwahnya sehingga beliau tidak tidur malam karena cintanya, berfikir untuknya, membuat perancangan baginya, memperkembangkan matlamat dan metodologinya. Karena itu terbitlah risalah-risalahnya seperti: Da’watuna, ila ayyi syaiin nad`un nas, da'watuna fi turin jadid, Ilas syabab dsbnya. Untuk memperkuatkan lagi perkembangan dan titik tolak (perjuangan fikrah da'wahnya). Beliau tidak berhenti disebabkan kesesatan serta tidak disibukkan dengan urusan yang tidak ada manfaatnya. Beliau juga tidak terbeban dengan mengistirahatkan jasad seperti tidur dan bersantai, karena da’wah pada hematnya adalah ruh yang mengalir di dalam ummat yang dihidupkan oleh al Quran. 3. Luas Ilmu Serta Menghormatinya (ilmu) Imam al Banna berusaha untuk mengembalikan penyebaran Islam dengan seluruh sifat-sifat syumul (kesempurnaan), rabbani (bersumber dengan sumber-sumber ketuhanan) dan universal. Pernah diceritakan oleh orang yang memeriksa perpustakaan beliau setelah puluhan tahun syahidnya beliau, tentang betapa banyak, menakjubkan serta mendalam komentar-komentar yang beliau tulis di pinggir-pinggir perpustakaan tersebut dari apa yang telah dibaca dari buku-buku mengenai politik, ekonomi, sosial, sejarah, geografi, peperangan, perjanjian-perjanjian, hubungan antarabangsa, agama-agama da’wah dan sebagainya. Beliau begitu cinta akan ilmu dan para ulama’. Suasana kemunduran didalam ummat telah merisaukan beliau, begitu juga berbagai tuduhan yang dilemparkan kepada Islam yang menunjukkan kepada kejahilan dan sikap tidak ambil tahu. Karena itu beliau telah menekankan di dalam Risalah Ta’alim: “Islam membebaskan aqal serta menggalakkan pengkajian alam semesta, juga meninggikan taraf ilmu dan ulama’. Ia juga mengelu-elukan segala yang baik lagi bermanfaat dari setiap sesuatu. ”Hikmah adalah barang yang hilang dari orang mu’min, dimana saja dia menjumpainya, dialah yang lebih berhak terhadapnya.” 4. Keikhlasan dan Kecintaan Terhadap Da’wah Al Banna mempunyai kelebihan dengan kerohaniannya yang tinggi yang mengatasi individualitas, ciri-ciri pribadi, berfoya-foya, dan bahkan seluruh penyakit-penyakit hati yang lain. Tidak terkumpul di dalam hatinya melainkan rasa cinta kepada da’wah, suatu cinta yang tidak meninggalkan sembarang waktu di dalam jiwa melainkan akan sibuk dengannya, tidak juga suatu ruang kosong melainkan akan dipenuhinya. Beliau disibukkan oleh fikrah dan da’wah didalam berlalunya waktu, maka beliau berusaha kearah mematangkannya (fikrah dan da’wah) dengan meletakkan serta memperbaharui objektif dan matlamat. Kemudian beliau menggariskan wasilah (method) dan alat (strategi). Lalu beliau melintasi batas-batas taqlid, tapi menghormati ikutan tersebut. Sebagaimana beliau juga berusaha menyinambungkan proses tajdid disamping menghormati ufuk-ufuk lingkungan dan martabat yang tinggi. Beliau meningkat dengan banyak di dalam hidupnya, karena beliau memahami hakikat bahwa “siapa yang sama dua hari (dalam hidupnya) maka dia telah tertipu”. Beliau mengambil tanggung jawab berat terhadap ummat seluruhnya dengan sebenar-benarnya, sehingga tanah air islam pada hemat beliau dan ikhwan muslimin adalah seluruh bumi yang ada padanya muslim, karena pemahaman yang baik terhadap sabda Rasulullah s.a.w.: “Siapa yang tidak mengambil tanggung jawab berat terhadap urusan orang islam bukanlah dari golongan mereka.” 5. Memberikan sifat dan neraca Al-Imam al-Banna telah meletakkan sejumlah neraca untuk mengukur kadar iltizam, kefahaman, akhlaq yang baik, serta perlaksanaan beban da’wah. Di antara neraca dan tolak ukur yang terpenting adalah rukun-rukun bai’ah yang sepuluh: Faham, ikhlas, amal, jihad, tadhiyah (pengorbanan), taat, thabat (teguh), tajarrud (tumpuan penuh), ukhuwwah dan thiqah (kepercayaan). Begitu juga : “Wajibat al akh al muslim” (Kewajiban akh muslim) yaitu 38 kewajiban. Begitu juga “Simat al akh al muslim” (Tanda-tanda akh muslim) yaitu: sejahtera aqidah, sahih (betul) ibadah, teguh akhlaq, kuat badan, akal yang berpengetahuan, berjihad terhadap hawa nafsunya, berorganisasi dalam urusannya, menjaga waktu, mampu mengendalikan diri, serta bermanfaat kepada orang lain. Sesungguhnya kami, dalam membuat tulisan yang cepat (ringkas) ini, tidaklah mencatatkan sejarah untuk lelaki ini (alBanna). Sehingga hari ini belum ada sembarang catatan sejarah yang layak untuk Imam mujaddid ini. Kami juga tidak berniat memuji-muji alImam yang unggul ini, bahkan kami tidak merasakan beliau perlu kepada pujian dari kami, tetapi kami ingin untuk menggambarkan beberapa pengajaran dari gambaran pribadi penda’wah yang unggul ini untuk siapa yang ingin mengambil pengajaran darinya, pada waktu yang bersangkutan kegelapan kemunduran, penindasan serta bercerai berai yang dilalui oleh ummat. Sesungguhnya AlImam al Banna rahimahullah- berada selangkah kedepan didalam memahami golongan salaf, dan dia adalah model imam golongan khalaf. Beliau membangkitkan alam Islami dari tidurnya tanpa mempunyai sembarang mekanisme pemerintah dan menteri-menteri di dalam tangannya. Sehinggalah hari ini berkumandanglah suara Islam yang benar menaungkan disegenap tempat: “Islam Adalah Agama dan Negara”, selepas dari keadaan di mana Ibadah di sudutkan di penjuru-penjuru masjid saja, ataupun aqidah yang di simpan disudut-sudut hati, dan perasaan di dalam jiwa semata-mata. Betapa indahnya tulisan beliau semasa memberi gambaran tentang pemberian tanggungjawab yang tidak disertakan dengan aspek ruhiyah, (Beliau begitu menekankan setiap tarbiyah hendaklah rabbani dan ruhiyah) beliau juga menyeru untuk meningkatkan ukhuwwah dari tahap percakapan dan teori kepada tahap perlakuan dan amal perbuatan, dan di dalam pembentukan aspek-aspek Islamiyah disandarkan kepada tiga rukun : Ta'aruf (saling kenal mengenali), Tafahum (saling faham memahami) dan Takamul (saling lengkap melengkapi). 6. Bersyukur Semasa Menghadapi Tribulasi Dan Positif Dalam Amal Ustadz alBanna menceritakan dalam “Muzakkirot adda’wah wad da’iah” beberapa contoh tipudaya yang hina yang telah dilaluinya semasa zaman pembelajarannya dengan sebab kecemerlangan beliau mengatasi rekan pelajar yang setengahnya lebih berusia dari beliau. Sehingga salah seorang dari mereka telah mencurahkan keatas muka dan tengkok beliau sebotol campuran peluntur (asid) yang pekat semasa beliau tidur untuk menghalang beliau dari menduduki peperiksaan akhir tahun pengajian, tetapi anehnya, alBanna telah berjaya dalam peperiksaan tersebut. Beliau menganggap itu sebagai ni’mat serta kelebihan dari Allah yang wajib diterima dengan kesyukuran dan kesyukuran pada hemat beliau adalah memberikan maaf. “Dan barangsiapa yang memberi maaf dan berlapang dada, maka ganjarannya pada Allah”. Beliau juga telah membentangkan banyak contoh tipudaya yang hina ini di dalam kehidupannya sebagai penda’wah, juga dorongan kekerasan dari golongan yang mengintip da’wah serta membencinya. Mereka telah melemparkan tuduhan bahwa beliau mengadakan bid’ah di dalam agama, mengendalikan masjid-masjid, memerangi Islam, serta memberikan fatwa dengan batil semasa beliau berusaha untuk melaksanakan sunnah dengan menunaikan solat sunat hariraya di tanah lapang. Begitu juga mereka melemparkan tuduhan-tuduhan terhadap beliau dan al Ikhwan selepas daripada ceramah yang beliau sampaikan tentang Isra’ dan mi’raj dengan menda’wah bahwa ikhwannul muslimin mengingkari isra’ dan mi’raj serta mengatakan bahwa peristiwa tersebut bukanlah mu’jizat, serta berlaku dengan ruh saja tidak dengan badan, lalu mereka telah keluar dari ijma’ umat Islam serta apa yang telah diterima oleh para imam. Bahkan ada juga yang menuduh bahwa alBanna menjadi “ilah” yang di sembah oleh al ikhwan. Akan tetapi, pendirian al Banna dalam menghadapi tuduhan-tuduhan tersebut adalah dengan memberikan contoh tauladan melalui amalan secara serius menentang kebatilan–kebatilan tersebut. Beliau berkata: “Sibukkan manusia daripada pemikiran yang salah dengan (memberikan atau mengajar) pemikiran yang benar”. Sebenarnya, alBanna sadar serta yakin bahwa hakikat berda’wah adalah manusia akan mengata-ngata keatasnya dengan kebatilan. Semoga Allah merahmati AlBanna dengan rahmat yang luas serta menyempurnakan ganjaran bagi beliau, juga meneguhkan kita di atas jalan hak dan kekuatan selepas dari pemergian beliau.

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...

Boikot Apapun yang 'Berbau' Yahudi?


Assalamu'alaikum ustadz,
Saat ini kita banyak menemui Boycott Campaign untuk produk-produk yang mendukung Yahudi menjajah tanah Palestina. Memang, bukti-bukti yang ada mengarahkan beberapa produk internasional untuk kita boikot. Ya, bukti-bukti itu jelas. Sungguh jelas.
Namun di sisi lain, ada juga produk-produk yang dari mulut ke mulut diberitakan mendukung Yahudi. Seperti Unilever misalnya (maaf, saya sulit menggambarkan bila tidak menyebutkan mereknya). Derivasi dari produk ini sudah menguasai pasaran Indonesia. Namun saya belum menemukan bukti-bukti yang jelas mengarahkan perusahaan tersebut benar-benar terlibat mendukung Zionis Yahudi.
Lalu bagaimana saya harus menyikapi ini? Apakah saya harus mempercayai begitu saja apa yang saudara se-Islam saya sarankan? Untuk tidak lagi memakai produk-produk tak jelas buktinya itu? Atau bagaimana? Afwan, saya benar-benar belum menemukan jawaban yang memuaskan dari pertanyaan ini. Saya harap Ustadz mau memberi penjelasan untuk ini. Jazakumullah.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
--dian--

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Fatwa boikot itu hanya akan efektif kalau disertai dengan beberapa hal, antara lain:
1. Kejelasan merek dagang mana saja yang sudah dipastikan milik perusahaan yahudi. Atau yang saham serta keuntungannya benarnya milik dan diperuntukkan bagi kepentingan yahudi.
Bila tidak, yang terjadi justru penzaliman dan fitnah seperti yang anda sebutkan. Padahal bila suatu perusahaan sudah kena vonis tuduhan milik Yahudi, bisa jadi perusahaan itu akan terkena dampaknya. Atau malah sebaliknya, orang-orang malah jadi tidak terlalu peduli dengan seruan itu, karena ketidak-jelasannya.
Bukankah Islam mengajarkan kita untuk berbuat 'adil? Bukankah keadilan adalah salah satu ciri Islam?
2. Harus ada alternatif produk milik umat Islam yang secara kualitas menyamai kualitas produk yahudi, juga harganya bersaing dengan harga produk yahudi, serta ketersediaannya di pasaran pun mudah didapat.
Sebab bila tidak ada alternatif penggantinya, atau ada tapi kualitasnya rendah, atau harganya tidak terjangkau, atau tidak tersedia di pasaran yang mudah dijangkau konsumen, seruan ini menjadi mentah dengan sendirinya.
Apakah di negeri kita ini sudah ada produk alternatif pengganti yang seperti itu atau belum, tentunya harus dijadikan bahan pertimbangan masak oleh para ulama, terutama ulama di negeri kita.
Sebab bisa jadi keadaan pasar di negeri arab berbeda dengan keadaan pasar di negeri kita. Untuk itu perlu ada penelitian yang relevan.
3. Harus ada penjelasan tentang fakta-fakta seberapa besar peranan sumbangan perusahaan milik yahudi itu telah berhasil membantai ribuan nyawa umat manusia.
Sebab penjelasan inilah yang akan menggerakkan hati umat Islam. Misalnya, ketika terjadi pembantaian umat Islam di Bosnia oleh Serbia awal tahun 90-an, umat Islam se-Indonesia untuk pertama kalinya kompak membela dan langsung mengumpulkan dana solidaritas.
Tapi bila fatwa itu hanya disampaikan dari mulut ke mulut, atau lewat milis, atau lewat forum-forum terbatas, maka pengaruhnya pun akan sangat terbatas sekali. Bukan berarti kita menafikan upaua sungguh-sungguh mereka yang sudah berinisiatif, namun nampaknya suatu amal akan lebih sempurna bila dilakukan secara berjamaah, tidak sendiri-sendiri.
Rasanya tanpa tiga hal di atas, seruan dan fatwa itu akan mengalami penggembosan dari dalam tubuh umat Islam sendiri.Upaya mulia para ulama serta alternatif yang mereka tawarkan akan berjalan di tempat.
Yang namanya pemboikotan seharusnya memerlukan syarat mutlak, yaitu kekompakan. Apalah artinya pemboikotan kalau yang melakukan hanya satu dua orang saja, sementara selebihnya acuh tak acuh saja.
Hal-hal teknis seperti ini barangkali perlu lebih diperhatikan, agar pekerjaan kita berjalan secara itqan (sempurna).
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.

[+/-] Mau lebih lengkap, klik aja...