INDONESIA

Tulisan Berjalan

Selamat Datang di Blog Ibni Abrar

Wednesday 16 November 2011

Perenungan Diri : Hidup Ini Untuk Apa Sih??

expr:id='"post-body-" + data:post.id'> Assalamu'alaikum Wr.Wb!!! Hai sobat Majalah yang Insya Allah dicintai oleh Allah dan dirahmati setiap langkah yang ditempuh. Apa kabar kalian nih sobat??? Semoga dalam keadaan sehat wal afiat iya!!! Pada hari ini, Redaksi Majalah ingin mengupas rubrik tentang “Perenungan Diri : Hidup Ini Untuk Apa Sih??” Oh iya sobat, saya ingin bertanya nih kepada kalian semua, pernah gak sih kita memikirkan kita hidup itu untuk apa??? Untuk bersenang-senangkah atau untuk beribadah kepada Allah swt??? Nah, jika kalian penasaran. Sekarang kalian cari tempat yang paling enak untuk merenungkan ini. Semoga bermanfaat iya and cekidot…dot...dot…!!! Seorang pemakai narkoba menjemput ajal saat overdosis di sebuah hotel. Seorang kriminal mati ditembak polisi di lorong jalanan. Sesosok laki-laki tak dikenal ditemukan tewas di kawasan lokalisasi. Seorang pemuda tanggung bunuh diri menenggak baygon karena ditinggal pacarnya. Begitulah tulisan di koran sore ini. Sungguh hidup yang menyedihkan dengan akhir yang suram..Pernahkah hal tersebut menjadi perenungan kita? Apakah hidup ini cukup berarti untuk diperjuangkan? Jika toh tidak berarti, lalu mengapa kita harus memilih terus hidup? Sebab hidup adalah konsekuensi dari pilihan yang kita ambil. Dan terus menjalani hidup adalah salah satu dari sekian pilihan kita. Dan jika ya bahwa hidup memiliki arti, lalu apa arti hidup ini? Setiap manusia, siapapun dia, pasti pernah bertanya tentang arti hidupnya tentang sebab apa dia dilahirkan ke muka bumi dan menjalani dunia fana. tetapi sedikit yang merenungkannya dan menjadikannya bara api yang membakar semangat kehidupannya. Betapa banyak di antara kita yang menjalani hidup sebagai rutinitas yang kering, dan bukan lagi sebagai anugerah yang sarat makna. “Aku ingin masuk surga” “ Aku ingin kaya” “Aku ingin jadi presiden” Selalu aku, aku, dan aku. Apakah hidup ini hanya tentang aku atau mungkinkah hidup ini lebih berarti jika kita meluaskan pandang tentang orang lain. Sebab Allah menempatkan manusia dalam kumpulannya, tentu bukan tanpa tujuan. Saling memberi dan mengasihi kepada sesama, bukankah itu layak diperjuangkan? Apakah kita bisa benar-benar merasa bahagia saat mengetahui orang lain menderita? Sebab hidup yang baik terdiri dari 3 fase. Saat ia lahir, ia menangis dan yang lain bahagia. Saat ia hidup, ia bahagia dan yang lain bahagia. Saat ia mati, ia bahagia dan yang lain menangis. Lalu, coba pejamkan mata kita sesaat. Dan coba bayangkan, seperti apa kita 10 tahun mendatang (tentu jika Allah ridha memberikan umur)? Apakah kita menjadi seorang tauladan dalam lingkungan kerja, atau menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya, menjadi hamba-Nya yang beriman teguh? Atau malahan kita tidak mampu membayangkan apa-apa, sebab kita hidup tanpa disertai gairah akan pencapaian tujuan. Tiap manusia punya peran unik dalam kehidupan terkait dengan tujuannya. Ada yang berperan menjadi pemimpin, ada yang berperan menjadi ustadz, ada yang berperan menjadi ibu rumah tangga, ada yang berperan sebagai profesional dalam bidang akademi, dan lain sebagainya. Nah, peran apakah yang hendak kita ambil nantinya? Dan jika kita beriman kepada Allah SWT, sudah barang tentu kita yakin bahwa hidup akan dimintai pertanggungjawabannya. Sebab segala tindakan kita adalah murni pilihan kita sendiri. Apakah dalam hidup kita, kita mencuri atau berlaku jujur? Ataukah suka berderma atau berlaku pelit? Setiap pilihan kita, sudah barang tentu ada balasannya. Sebab janji Allah adalah pasti, akan kehidupan setelah kematian, akan timbangan amalan baik buruk, akan surga dan neraka sebagai balasannya. Semua hal menuntut pertanggungjawaban dari diri kita. Hidup ini untuk apa? Sebentuk tanya yang menuntut jawab Bagi setiap makhluk yang merasai hidup Sebab hidup menuntut pertanggunganjawab. “Ya Alloh, Yang Maha Mematikan, perbaikilah agamaku yang merupakan penjaga urusanku, perbaikilah duniaku yang merupakan tempat hidupku, perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku. Dan jadikanlah kehidupanku sebagai penambah kebaikan bagiku serta jadikan “KEMATIANKU” sebagai istirahatku dari segala keburukan. “Allohumma a’inni ‘ala sakarootil mauuut….. Allohumma hawwin ‘alayya sakarootil mauuut….. Laa ilaha illalloh inna lilmauti la sakarooti…..” “Ya Alloh bantulah aku dalam menghadapi sakaratul maut Ya Alloh, mudahkanlah sakaratul maut padaku. Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Alloh Sesungguhnya kematian itu memiliki saat – saat sekarat” Wallahu 'alam

0 comments:

Post a Comment