INDONESIA

Tulisan Berjalan

Selamat Datang di Blog Ibni Abrar

Wednesday 16 November 2011

Buktikan Kalau Kamu Cinta Islam !!!

expr:id='"post-body-" + data:post.id'>
Malu tampil islami? Waduh, malu tuh kalo kamu berbuat salah. Kalo nggak berbuat salah mah, nggak perlu malu dong ya. Tampil islami tuh buat nunjukkin kepribadian kita bahwa kita adalah muslim or muslimah. Nggak usah malu pake jilbab dan kerudung. Nggak perlu malu yang cowok pake baju koko dan peci plus sarung. Meski tentu jilbab dan baju koko or sarung tuh bukan jaminan kalo kamu benar-benar islami. Kok bisa? Iya, percuma aja pake simbol-simbol agama tersebut, tapi pikiran dan perasaan kamu nggak konek sama sekali dengan Islam. Artinya, meski pake baju koko dan jilbab tapi dalam keseharian tuh malah gaul bebas dengan lawan jenis, terlibat narkoba, ngomongnya sering nyakitin hati orang, termasuk ghibah alias ngegosip jadi acara wajibnya. Waduh, itu sih nggak islami dong ya. Sobat, berani tampil islami tuh emang luas banget. Tapi yang pasti kudu mendapat perhatian adalah bukan cuma aksesoris luar yang kamu berani kenakan. Tapi kepribadian kamu juga kudu mencerminkan ajaran Islam. Biar match alias kagak tulalit gitu lho. Bro, idealnya memang orang yang ngerti agama tuh selain seneng mengenakan simbol agama, juga pikiran dan perasaannya harus taat dengan aturan agama. Kalo cuma mengenakan peci dan baju koko, siapa aja bisa dan mampu. Kalo hanya mengenakan kerudung dan jilbab, orang kafir aja bisa kok mengenakannya. Kita jadi nggak tahu apakah mereka muslim atau bukan. Bahkan sangat boleh jadi penilaian kita langsung menyimpulkan kalo yang mengenakan simbol agama (Islam) itu adalah Muslim atau Muslimah. Betul nggak? Wong dalam film ar-Risalah aja, pemeran Hamzah adalah bintang Hollywood bernama Anthony Queen, yang pada waktu itu bukan Muslim. Meski ada kabar (yang masih perlu dicek kebenarannya) setelah main di film itu, doi kemudian masuk Islam. Wallahu’alam. Tapi soal pikiran dan perasaan yang akan menggerakkan tingkah laku kita, itu yang nggak bisa ditutup-tutupi. Rambut boleh ditutupi kerudung, seluruh tubuh dihijab jilbab, tapi kalo perbuatannya tak mencerminkan ajaran Islam, patut dipertanyakan keislamannya. Misalnya, orang tersebut malah menyerang ajaran Islam dan semangat menyerukan ide feminisme. Begitu pula kalo ada anak cowok yang pake peci, baju koko, berjenggot, aktif di rohis, tapi masih senang pacaran, atau minimal gaul bebas dengan lawan jenis (meski dengan sesama anak rohis), itu juga nggak bisa ditutup-tutupi karena udah nyata perbuatannya. Perbuatan yang bisa diukur sebagai pembeda mana yang ngerti ajaran Islam dan yang nggak. Selain itu, tentu saja perbuatannya yang seperti itu adalah melanggar hukum syara’. Nah, jadi kudu ati-ati deh. Gaul tentang segala hal bukan berarti kemudian mencoreng predikat santri atau anak ngaji yang ngerti Islam. Jadi, kudu tahu batasannya, dan itu standarnya adalah Islam. Tul nggak? Tunjukkin kepribadian Islam kita! Sobat muda muslim, kepribadian Islam atau syakhsiyyah islamiyah kita itu nggak bisa dinilai langsung dari pakaian yang dikenakan, lho. Sebab, itu cuma aksesoris dan bisa dipake untuk nipu bin ngibulin orang. Tapi standar penilaian kepribadian Islam adalah pemikiran dan perasaan. Pemikiran dan perasaan Islam ini akan tergambar dalam sikap dan perbuatan. Itu udah pasti. Sebab, yang namanya tingkah laku pasti ngikutin pemikiran dan perasaan. So, kalo pemikiran dan perasaannya udah islami, insya Allah perbuatan dan tingkah laku juga bakalan Islami. Itu sebabnya, kalo ada akhwat yang kepribadiannya udah islami, maka bukan saja ia gemar mengenakan jilbab dan kerudung, tapi juga pemikiran dan perasaannya senantiasa berdasarkan ajaran Islam. Beda banget kalo yang cuma nyadar dengan simbol doang, tapi belum mantap pemikiran dan perasaannya. Mungkin cuma seneng pake kerudung doang tapi pemikiran dan perbuatannya nggak mencerminkan seorang muslimah. Iya nggak sih? Maka, satu-satunya jalan untuk menumbuhkan kepribadian Islam kita adalah belajar. Yakni, belajar Islam dengan rutin dan intensif biar mantap, gitu lho. Kenapa harus belajar? Karena dengan belajar diharapkan kita bisa dapetin perubahan beberapa aspek, yakni aspek kognitif alias ilmu pengetahuan (tadinya nggak tahu tentang Islam jadi tahu banyak), aspek afektif alias perasaan atau emosi (tadinya nggak mau mengenakan jilbab jadi mau mengenakan jilbab karena tahu aturan dan hukumannya-pahala dan dosa), dan aspek psikomotorik alias keterampilan (tadinya nggak bisa pake jilbab jadi mahir pakenya). Oke? So, mari kita belajar mengkaji Islam dengan rutin dan intensif untuk membentuk kepribadian Islam kita. Rutin bisa seminggu sekali, misalnya. Intensif berarti materinya berkesinambungan. Membentuk kerangka berpikir yang utuh tentang Islam. Sehingga kita lebih mantap karena tahu ilmunya. Nggak asal ikut-ikutan tren doang. Betul nggak sih? So, jangan takut jadi pinter dan shaleh-shalihah ya! Itu sebabnya, jangan bilang cinta sama Islam deh, kalo ternyata kita nggak mau tampil islami dengan nunjukkin kepribadian Islam kita. Gimana, setuju kan? Cintai kebenaran Islam, pasti berbalas Kalo ngomongin soal kecintaan, menurut saya sih, satu-satunya cinta kita yang pasti berbalas adalah ketika kita mencintai kebenaran Islam. Islam yang sudah dijanjikan kemuliaannya oleh Allah Swt. ini rasa-rasanya nggak mungkin untuk mengecewakan kita (kalo kita yang mengecewakan Islam, kayaknya sangat mungkin deh. Semoga saja kita bukan termasuk golongan yang mengecewakan Islam itu). Cinta kepada kebenaran Islam pasti akan berbalas. Insya Allah kita nggak akan kecewa ketika mencintai kebenaran dan menjadi pejuang kebenaran. Cinta, pengorbanan, dan perjuangan kita dalam mencintai kebenaran Islam ini pasti berbalas alias bersambut. Nggak usah khawatir. Karena apa? Karena kebenaran Islam itu sudah dijamin langsung oleh Allah Swt. Mencintai Islam, membelanya, dan juga memperjuangkannya sama dengan mencintai Allah Swt. dan RasulNya. Mencintai Allah Ta’ala dan Rasulullah saw. sama artinya dengan mencintai kebenaran. Dan, yakinlah bahwa cinta kita akan berbalas, yakni dengan mendapatkan garansi berupa pahala atas kesetiaan dan kesediaan kita berkorban dan berjuang dalam membela kebenaran Islam ini. Allah Swt. berfirman (yang artinya):“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad [47]: 7) Sobat muda muslim, ini sudah janji Allah Swt. Dia pasti menepatinya. Yakin itu. Allah nggak lupa, Allah nggak pernah tidur, Allah nggak pernah ingkar janji. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janjiNya.” (QS az-Zumar [39]: 20) Jadi, berbahagialah wahai para pejuang kebenaran Islam. Karena cinta kalian pasti berbalas alias bersambut. Allah yang akan langsung menyambut cinta kita. Cinta kita kepada kebenaran, sekaligus tanda cinta kita kepada Allah Swt. Itu sebabnya, jangan khawatir dan jangan merasa cinta kita kepada kebenaran ini akan sia-sia. Insya Allah jika kita ikhlas melakukannya, Allah pasti juga mencintai kita dan akan menepati janjiNya. So, kita kudu yakin dan jangan pernah merasa khawatir. Oke? Sobat muda muslim di mana saja kalian berada, hidup kita kian berat. Pejuang Kapitalisme terus menggencarkan tekanannya kepada kita. Bahkan para pengemban Sosialisme-Komunisme merasa harus berjuang lagi untuk menghancurkan dominasi ideologi yang ada di dunia ini. Kita, juga tak boleh tinggal diam. Segala sarana pendukung untuk perjuangan dakwah Islam ini harus kita

0 comments:

Post a Comment